PDIP telah menentukan 18 dari 19 calon yang mereka usung di Pilkada Serentak 2020 di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur. Dalam Pilkada 2020 ini, PDIP banyak mengusung non kader, salah satunya di Surabaya.
Pengamat Politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Agus Mahfudz menilai PDIP mulai kehabisan kader murni partai. Sehingga banyak mengusung non kader.
"Saya kira di beberapa wilayah di Jawa Timur, PDIP mulai kehabisan kader murni yang potensial sehingga mengusung non kader, atau kader dadakan," kata Agus saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (4/9/2020).
Kader dadakan sendiri menurut Mahfudz yakni calon yang diusung mendaftar melalui penjaringan bakal calon kepala daerah yang dilakukan PDIP. Kemudian baru mendapat KTA (Kartu Tanda Anggota) menjelang Pilkada.
Fenomena ini dilihat Mahfudz banyak dilakukan PDIP di beberapa daerah. Misalnya Surabaya, Sidoarjo. Di Surabaya, PDIP memilih Eri Cahyadi sebagai Cawali yang notabene bukan kader murni PDIP.
"Padahal di Surabaya, PDIP punya banyak sekali kader mumpuni yang bisa dicalonkan di Pilkada Serentak. Namun memilih non kader, yang memiliki latar belakang birokrat," jelasnya.
"Mungkin di Surabaya, PDIP ingin mengulang 2010 lalu, saat Bu Risma diusung bersama Mas Bambang DH. Mas Bambang saat itu punya peran besar, nah sekarang bebannya ada di Armuji karena dia kader murni yang lawas. Tapi saya lihat juga, potensi birokrat yang dekat dengan Bu Risma bisa-bisa diajukan ke DPP PDIP semua buat ikut pilkada," lanjutnya.
Tonton juga 'PKS Soal Tudingan PDIP: Kampanye Negatif Boleh, Kampanye Hitam Jangan!':
Di Sidoarjo, PDIP mengusung Kelana Aprilianto bersama Dwi Astutik. Kelana merupakan mantan Ketua DPD Hanura Jatim. Sedangkan Dwi Astutik adalah pengurus Muslimat Jatim.
"Di Sidoarjo juga jadi bukti, kalau PDIP kehabisan kader murni. Sampai mengusung non kader. Ya kalau pun mereka punya KTA PDIP saat ini, ya tetap mereka kader dadakan bukan kader murni," terangnya.
Di Lamongan, PDIP mengusung Wabup Lamongan saat ini Kartika Hidayati dengan Ketua DPC PDIP Lamongan, Saim. Kartika merupakan Wakil Ketua DPW PKB Jatim dan Ketua Muslimat Lamongan.
"Di Lamongan juga demikian, memilih mengusung non kader dengan kader murni. Ya PDIP memang mulai kehabisan kader murni yang bisa bertarung di level satu alias di posisi bupati atau wali kotanya," ujarnya.
Cara PDIP tersebut, dinilai Agus demi meraih hasil maksimal dalam Pilkada Serentak 2020. Apalagi, posisi kepala daerah menjadi tolak ukur kesuksesan parpol dan bagian dari menyusun kekuatan untuk Pileg dan Pilpres 2024.
"Saya kira masih banyak di daerah lain. Seperti di Tuban juga, PDIP usung Pak Setiajit, beliau juga birokrat. Ya mungkin saja ada kader PDIP potensial tapi sudah menduduki jabatan yang enak di dewan, jadi akhirnya memilih non kader dengan potensi kemenangan," pungkasnya.