"Oleh karena itu kita sedang diskusi dengan propinsi untuk bisa didatangkan relawan saja. Karena petugas kami yang ada di lokasi ponpes merupakan petugas kesehatan puskesmas disekitar ponpes," ujar dr Widji Lestariono, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi kepada wartawan, Jumat (28/8/2020).
Saat ini, kata pria yang biasa dipanggil Rio ini, GTTP telah membentuk tim yang melakukan penanganan selama 14 hari. Mereka tak diperbolehkan untuk keluar masuk Ponpes Darussalam, Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Ini juga dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 semakin masif.
"Kita akan menurunkan tim kesehatan yang tidak boleh keluar masuk. Artiya mereka harus siap di sana selama 14 hari," tambahnya.
Dibutuhkannya relawan, kata Rio, sebab tenaga kesehatan yang saat ini menangani klaster Ponpes Darussalam juga sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas.
"Makanya kita butuh relawan. Kalau mereka 14 hari tinggal di sana tidak bisa bekerja di Puskesmas maka akan terjadi kendala di puskesmas untuk pelayanan publiknya," tambahnya.
Pihaknya berharap, relawan yang dikirimkan oleh GTTP Provinsi Jatim merupakan relawan yang memiliki kreteria yang dipersyaratkan.
"Tentu yang memiliki kreteria khusus. Namun belum bisa kita tetapkan jumlahnya," pungkasnya.
Klaster Ponpes Darussalam Blokagung kembali berkontribusi penambahan pasien positif COVID-19. Tercatat, sebanyak 89 santri Ponpes terbesar di Banyuwangi ini dinyatakan positif COVID-19. Sehingga, total santri positif dari kluster Ponpes Darussalam Blokagung sebanyak 199 santri.
Per hari ini, sebanyak 100 kasus positif COVID-19 terjadi di Banyuwangi. Total saat ini terdapat 341 kasus COVID-19 di Banyuwangi, di mana 84 di antaranya sudah sembuh. (iwd/iwd)