Masih ingat dengan es gabus atau es roti yang tren di era 90an. Ternyata hingga saat ini masih ada pedagang es gabus keliling di Surabaya.
Salah satunya Sutowo (64), pria kelahiran Blora, Jawa Tengah. Ia berkeliling menjual es roti atau es gabus di Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karangpilang.
Saat dijumpai detikcom, Sutowo tampak tersenyum. Ia menawarkan es yang ia jual. "Ia Mas mau beli es roti (es gabus). Satu harganya Rp 1.000 saja," kata Sutowo, Kamis (27/8/2020).
Sutowo kemudian membuka boks es yang ia bawa. Es ditutup koran agar lebih bertahan lama membeku. Ia pun menawarkan es gabus tersebut dengan dua pilihan. Yang dikasih susu cokelat dan yang tidak.
"Mau dikasih susu apa tidak," imbuh Sutowo.
Setelah melayani satu pembeli, Sutowo pun berhenti sejenak menunggu pembeli yang lain. Kemudian Sutowo menceritakan perjalanan hidupnya menjual es gabus hingga bisa bertahan sampai saat ini.
Pria yang tinggal di RT 02 RW 02, Kelurahan Warugunung, Kecamatan Karangpilang itu mengaku, es gabus yang ia jual bukan buatan sendiri. Melainkan mengambil dari orang lain dan dijual kembali.
"Setiap hari membawa 100 sampai 150 es roti. Sama membawa jajan lain seperti jipang, blendong. Ndak mesti habis namanya juga rezeki," ungkap Sutowo.
Ia juga mengaku, setiap pagi mengambil es roti dari Sepanjang, Sidoarjo. Lalu berkeliling jualan ke Kebraon, Kedurus, Wiyung hingga kawasan Gunungsari.
"Sekarang berangkatnya siang. Apalagi sekolah banyak yang libur. Jadi sekarang keliling hingga sore. Kadang habis kadang masih ada namanya juga rezeki dari Allah, kita syukuri saja," tambah Sutowo.
Dengan mengayuh sepeda angin, pria yang akrab dipanggil Pak Manteb itu juga membawa aksesori tokoh pewayangan, dengan memakai topi ala petani dan menggunakan masker. Ia pun mengungkapkan alasan mengapa masih bertahan menjual es gabus. Menurutnya itu hanya sebatas upaya mengais rezeki.
"Ya keliling saja sudah tua. Mungkin sudah takdir Allah, kemudian yang penting rezeki halal, tidak terikat waktu, berangkat sak wayah-wayah ya nggak opo-opo (berangkat kapan pun tidak masalah)," ujar Sutowo.
Kakek dua cucu ini, setiap berjualan tidak lupa mampir di musala dan masjid untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu. Setiap keliling ia juga selalu membawa bekal dari rumah.
Sutowo mengaku sudah berjualan es gabus sejak 1995. Bahkan hingga istrinya meninggal pada 2009, dan ia harus membiaya anak semata wayangnya seorang diri.