Dua hari ini Kota Surabaya menyandang status kembali zona merah, setelah 9 hari zona oranye. Surabaya zona merah ini lantaran ada peningkatan pasien COVID-19. Bagaimana fakta di rumah sakit yang menangani pasien COVID-19?
Direktur Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS) Jalan Ahmad Yani, dr Samsul Arifin MARS mengatakan, pasien COVID-19 yang tengah dirawat hampir memenuhi dari jumlah kapasitas tempat tidur yang ada. Padahal, beberapa hari sebelumnya sudah menurun.
"Nambah 20. Ada 74 pasien COVID-19 dari 80 tempat tidur. Hampir penuh. Kapan hari sudah tinggal 58. Iya berpengaruh kayaknya dari zona merah," kata Samsul saat dihubungi detikcom, Jumat (21/8/2020).
Pasien yang datang pun juga bervariatif. Mulai dari gejala ringan hingga berat. "Yang datang masih ada yang ringan, sedang, kita evaluasi. Yang datang campur keluhannya," ujarnya.
Samsul pun berpesan kepada masyarakat untuk tetap disiplin. Bila memiliki keluhan diminta segera memeriksakan ke RS, jangan menunggu sampai gejala berat.
"Upayakan kalau masyarakat memang harus lebih disiplin, jadi kalau ada keluhan-keluhan sedikit saja ya lebih baik periksa ke rumah sakit supaya lebih cepat penanganan. Karena semakin dini penanganan, semakin tinggi kesembuhannya," jelasnya.
Sementara di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) RS Unair ruangan ICU untuk pasien COVID-19 kali ini sudah penuh. Menurutnya, penuhnya pasien ini sedikit banyak berpengaruh pada perubahan zona.
"Iya, tentu ada pengaruh, karena RS sebagai hilir penanganan COVID-19. ICU RSKI penuh. RSKI sebagai RS rujukan, sehingga sering penuh kamarnya," kata Jubir Satgas COVID-19 RS Unair dr Alfian Nur Rasyid SpP.
Namun, untuk jumlah pasti pasien COVID-19 yang saat ini dirawat di RSKI, Alfian tidak bisa memastikannya. Berbeda dengan RSIS dan RSKI, juru bicara RS Royal Surabaya, dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat relatif naik turun. Saat ini, RS Royal tengah merawat 12 pasien COVID-19 dari total sekitar 22 tempat tidur.
"Relatif sih naik turunnya pasien, saat ini relatif sedikit tapi bisa saja berubah lagi jumlahnya. Perubahan zona kan indikasinya penambahan jumlah yang terkonfirmasi, tapi tidak semua yang terkonfirmasi positif harus opname," pungkasnya.