Menakar Kekuatan Ipuk-Sugirah di Pilbup Banyuwangi 2020

Menakar Kekuatan Ipuk-Sugirah di Pilbup Banyuwangi 2020

Ardian Fanani - detikNews
Minggu, 16 Agu 2020 21:56 WIB
Ipuk Festiandani
Ipuk Festiandani (Foto: Ardian Fanani)
Banyuwangi -

Pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Banyuwangi Tahun 2020 tinggal menunggu hari. Sesuai dengan tahapan, pendaftaran pasangan calon (paslon) dimulai pada tanggal 4 hingga 6 September 2020.

Namun sejauh ini, baru satu paslon saja yang sudah mengantongi rekomendasi dari partai politik (parpol), yakni pasangan Ipuk Fiestiandani dan Sugirah. Keduanya diusung oleh Partai Nasdem dan PDI-Perjuangan.

Menurut pengamat politik Banyuwangi Sugihartoyo, pilbup tahun ini bisa jadi mengulang fenomena pesta demokrasi serupa yang digeber pada tahun 2015. Dimana pasangan Abdullah Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko bersaing melawan pasangan Sumantri Soedomo-Sigit Wahyu Widodo pada waktu itu. Namun, bisa jadi Pilbup tahun ini akan berbeda. Pasangan Ipuk-Sugirah bisa jadi akan melawan bumbung kosong.

"Memang ada dua kemungkinan terjadi. Bisa jadi seperti tahun 2015 lalu, koalisi besar akan melawan koalisi kecil atau bisa jadi lawannya (Ipuk-Sugirah) bumbung kosong," katanya kepada detikcom, Minggu (16/8/2020).

Rekomendasi dua parpol, yakni PDIP dan Nasdem lebih dari cukup bagi pasangan Ipuk-Sugirah untuk mendapatkan satu tiket dalam ajang pesta demokrasi 5 tahunan di Bumi Blambangan. Sesuai dengan aturan pencalonan melalui parpol, paslon minimal harus mengantongi 20 persen atau 10 kursi dari 50 kursi di DPRD Banyuwangi.

Sementara kursi yang berhasil dipegang Ipuk-Sugirah saat ini mencapai 17 kursi atau setara 34 persen kursi parlemen. Dengan rincian, PDI-Perjuangan 12 kursi dan Nasdem meraih 5 kursi.

Di luar PDI-Perjuangan dan Nasdem, masih ada tujuh parpol lain yang memiliki kursi DPRD Banyuwangi. Yakni, PKB 9 kursi, Demokrat 6 kursi, Golkar dan Gerindra masing-masing lima kursi, PPP empat kursi, serta PKS dan Hanura sama-sama mendapatkan 2 kursi DPRD Banyuwangi.

Akumulasi perolehan kursi tujuh parpol tersebut mencapai 33 kursi. Namun, sejauh ini ketujuh parpol tersebut belum mengeluarkan rekomendasi siapa yang akan diusung saat Pilbup nanti. Artinya masih ada 66 persen kursi parlemen yang sampai saat ini belum 'berpenumpang'.

"Kemungkinan adanya koalisi besar yang akan berhadapan dengan kandidat dengan koalisi kecil juga besar terjadi. Misalnya koalisi berkekuatan 60 persen sampai 70 persen kursi DPRD melawan koalisi parpol yang secara total mendapat 30 sampai 40 persen kursi dewan," ujar Sugihartoyo.

Pilbup tahun ini, kata Sugihartoyo, parpol-parpol betul-betul menunggu sembari melihat (wait and see) kondisi riil politik di Banyuwangi. Sebab, pada Pilbup 2015 lalu Anas memiliki peran sangat dominan sehingga peristiwa riil tersebut menjadi salah satu tolok ukur parpol dalam menentukan arah saat Pilbup tahun ini.

"Bisa jadi parpol-parpol khawatir kalau terlalu cepat melangkah. Maka parpol-parpol memilih waktu hingga menjelang akhir masa pendaftaran untuk menentukan pasangan cabup-cawabup yang akan diusung," imbuhnya.

Di sisi lain, Ipuk-Sugirah yang notabene sudah memiliki kendaraan juga masuk nominasi bakal calon yang akan diusung sejumlah parpol lain, seperti Demokrat, Golkar, dan PKS. Jika ketiga parpol ini benar-benar mengusung Ipuk, maka koalisi jumbo berkekuatan 30 kursi atau 60 persen dari total kursi parlemen akan terbangun.

Bukan itu saja, tidak tertutup pula kemungkinan sejumlah parpol lain akan mengusung istri Bupati Abdullah Azwar Anas itu saat Pilbup nanti.

Bahkan, pasangan Ipuk-Sugirah juga berpeluang menjadi calon tunggal dan akan melawan bumbung kosong, jika pasangan ini mampu menyapu bersih rekomendasi dari seluruh parpol yang memiliki kursi di DPRD Banyuwangi.

Sebab, meskipun DPP PKB telah mengeluarkan surat persetujuan cabup kepada Ahmad Munib Syafaat, namun ada sejumlah tugas yang harus dipenuhi olehnya. Salah satunya ialah mencari figur calon wakil bupati serta menggalang koalisi untuk memenuhi persyaratan mengusung cabup-cawabup. Namun, hal tersebut akan menimbulkan stigma di masyarakat bahwa parpol di Banyuwangi kurang dinamis.

"Apabila itu yang terjadi, sudah barang tentu parpol di Banyuwangi tidak terlalu dinamis. Karena itu, bisa jadi agar parpol tidak terlalu kehilangan momentum, mereka tetap menunggu saat-saat terakhir untuk melihat kekuatan figur cabup," tutup pria yang pernah menjadi panelis saat debat Pilbup Banyuwangi 2015 ini.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.