Nur Sofia Laila (26), pemilik persewaan baju adat dan pernikahaan asal Kelurahan Bukir, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, salah satu yang terdampak. Sebelum Agustusan biasanya sudah banyak warga yang memesan baju adat, namun saat ini tidak ada sama sekali.
"Agustusan seperti ini biasanya ramai pelanggan. Sebelum Agustus sudah banyak pesanan," kata Sofia (16/8/2020).
Sofia mengungkap selain untuk karnaval, warga menyewa baju adat untuk perlombaan dan pentas seni. Tahun ini, semua kegiatan itu ditiadakan.
"Tahun sebelumnya bisa mengantongi uang Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta dari penyewaan baju adat. Saat ini tidak ada sama sekali," ungkapnya.
Yuli Melani, pengusaha penyewaan baju adat dan pernikahan di Bugulkidul mengungkapkan hal senada. "Sepi, tidak ada yang pesan sama sekali," ungkap Yuli.
Baik Sofia maupun Yuli mengakui dampak pandemi bukan hanya saat Agustusan. Usaha rias dan penyewaan baju pernikahan yang mereka kelola juga sudah sepi sejak 5 bulan terakhir karena pemerintah melarang hajatan pernikahan.
"Suami kerja sebagai karyawan pabrik. Sulit mencari tambahan pemasukan untuk susu anak dan kebutuhan lain," ungkap Sofia.
"Harapannya kondisi segera pulih. Pandemi cepat berlalu," ujar Yuli.
Simak video 'Tulisan Teks Proklamasi Soekarno Sempat Dibuang di Keranjang Sampah':
(iwd/iwd)