Guru SD di Pacitan Mengajar di Rumah Siswa Saat Pandemi COVID-19

Guru SD di Pacitan Mengajar di Rumah Siswa Saat Pandemi COVID-19

Purwo Sumodiharjo - detikNews
Sabtu, 01 Agu 2020 06:54 WIB
Guru SD di Pacitan Datangi Rumah Siswa untuk Mengajar Saat Pandemi COVID-19
Guru d Pacitan datangi rumah siswanya (Foto: Purwo Sumodiharjo/detikcom)
Pacitan -

Koneksi internet menjadi syarat mutlak belajar daring selama pandemi COVID-19. Namun ketersediaan akses dunia maya ternyata bukan satu-satunya kendala yang dihadapi siswa saat belajar di rumah.

Kehadiran seorang pendamping tetap dibutuhkan saat siswa menggali ilmu pengetahuan. Sosok pendidik saat kondisi pandemi COVID-19 diperlukan untuk menjelaskan hal-hal yang tak mampu dijawab oleh perangkat komputer.

"Belajar sendiri. Kadang melihat YouTube atau Google. Tapi kalau ada yang nggak bisa ya susah, mau tanya sama siapa. Di rumah nggak ada yang ngajari," tutur Bagus Widianto (12), siswa kelas 6 SD Ponggok, Pacitan, Sabtu (1/8/2020).

Keresahan juga dirasakan orang tua. Terutama yang anaknya terlalu akrab dengan gawai. Alih-alih mencari materi pembelajaran, mereka justru menyalahgunakan sarana canggih itu untuk bermain game. Sudah pasti ujungnya kecanduan. Prestasi belajar pun jauh tertinggal.

Suara itu akhirnya terdengar hingga sekolah. Para pendidik pun harus memutar otak. Mereka berdiskusi menyusun formula terbaik. Harapannya peserta didik tetap dapat belajar di rumah dengan efektif. Di sisi lain kesehatan mereka tetap terjaga.

"Akhirnya disepakati antara kepala sekolah, guru, dan wali murid untuk melakukan kunjungan ke rumah-rumah. Karena kalau dibiarkan belajar dengan online, anak malah vakum tidak bisa belajar," kata Suwardi, Kepala SDN Ponggok.

Untuk memudahkan proses belajar mengajar, lanjut Suwardi, para siswa sejumlah 102 orang dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok paling banyak terdiri 10 orang. Jaraknya pun diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerumunan.

SDN Ponggok berada di puncak gunung. Medan berat, diakui Suwardi menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Apalagi sebagian besar perempuan. Belum lagi jarak tempuh antara sekolah dengan rumah siswa yang relatif jauh, mencapai 3 KM. Bahkan ada pula siswa yang berasal dari desa tetangga.

"Justru kekhawatiran saya kalau sampai musim hujan nanti pandemi belum berakhir, ya kami mengalami kesulitan pada (kondisi) jalannya," tambah pria yang tinggal di Desa Bangunsari tersebut.

Pantauan detikcom di sebuah rumah di Dusun Pager Gunung, 6 murid duduk rapi di ruang tamu. Semuanya kelas empat. Ruangan berukuran 3 x 4 meter itu telah menjadi kelas darurat sejak awal wabah COVID-19. Mereka duduk di kursi menghadap meja panjang dengan buku-buku di atasnya.

Tak berselang lama, seorang pria berbaju batik dan bercelana hitam tiba di halaman rumah. Dia memakai face shield dan masker. Pria itu tak lain Agus Fitrianto (39). Warga setempat yang sudah 15 tahun mengabdi sebagai GTT itu segera masuk rumah dan menyapa para murid.

Uniknya, bapak satu anak itu tak hanya membawa tas dan buku. Sejak dari sekolah dirinya sengaja membawa papan tulis berukuran kecil. Hal serupa juga dilakukan para guru yang mengajar di kelompok lain. Kegiatan belajar mengajar segera dimulai.

Guru SD di Pacitan Datangi Rumah Siswa untuk Mengajar Saat Pandemi COVID-19Guru SD di Pacitan Datangi Rumah Siswanya/ Foto: Purwo Sumodiharjo

Namun sebelumnya, Agus mengajak muridnya berdoa. Selanjutnya dia duduk di kursi menghadap ujung meja. Tangannya yang memegang spidol lalu menuliskan sebaris kalimat di atas papan berwarna putih.

"Siapa yang tahu alat musik angklung berasal dari daerah mana?" tanya Agus disambut acungan telunjuk seorang siswa. Bocah laki-laki yang duduk di pojok itupun lantang menjawab 'Jawa Barat'.

Selama enam hari dalam sepekan, para guru SDN Ponggok menjalani rutinitas mengajar di rumah siswa. Pada kesempatan pertama mereka memberikan materi pelajaran. Mengakhiri pertemuan para siswa diberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

"Mungkin lebih baik gurunya yang datang ya. Sebab kalaupun harus masuk sekolah takutnya anak-anak sulit jaga jarak. Lagian kalau sama bapak ibu guru anak-anak pasti lebih nurut," ucap Titik Lestari (31) wali murid kelas 1 ditemui detikcom di kelompok belajar lain.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.