Salah satu warkop di Surabaya memberikan fasilitas wifi gratis bagi pelajar yang belajar daring. Warkop di Jalan Bagong Tambangan itu juga memberikan bonus es teh.
Melihat kondisi tersebut, Pakar Pendidikan Isa Ansori menyadari jika pembelajaran daring tentunya dilengkapi jaringan internet, terlebih tidak gratis. Sedangkan keterbatasan ekonomi, para pelajar memilih memanfaatkan internet gratis yang disediakan. Seperti inisiatif salah satu warkop.
"Namun persoalannya, di warkop itu anak-anak tidak selalu bergaul dengan anak-anak lain. Sebab, ada orang dewasa dan tidak selalu belajar. Anak-anak yang biasa tidak merokok mungkin bisa jadi merokok. Sehingga itu yang terjadi ongkos sosialnya lebih mahal dibandingkan ongkos pemulihan COVID-19-nya," kata Isa, Jumat (24/7/2020).
Namun Isa juga mengapresiasi warkop yang memfasilitasi internet gratis bagi pelajar. Akan tetapi, dia juga mengkhawatirkan penerapan protokol kesehatan. Pasalnya, saat ini di Surabaya masih menjadi zona merah COVID-19.
"Bahkan, Pemerintah Kota Surabaya juga berupaya untuk memberikan jaringan di balai RW. Saya kira niat bagus, supaya proses belajar bisa berlangsung. Tapi persoalnya apakah di warung kopi atau balai RW protokol kesehatan bisa dijalankan? Selain itu siapa yang ngawasi?," ucapnya.
Menurutnya, akan lebih bagus jik aktivitas belajar dilakukan di lingkungan sekolah. Sebab, akan ada pengawasan dari guru dan penerapan protokol kesehatan juga dapat terpantau.
"Di banding anak-anak dilepaskan di warung-warung kopi, atau bisa jadi juga di balai RW tidak ada yang mengawasi, dan protokol kesehatan bisa jadi tidak dijalankan. Ya kalau ada pihak yang membantu (mefasilitasi belajar online) perlu diawasi juga, bagaimana proses (pembelajaran) yang terjadi. Kalau tidak, betul tidak ada klaster sekolah tapi akan muncul klaster baru di tempat publik itu, dan klasternya bukan hanya COVID-19, namun klaster kerusakan molar karena tidak ada pengawasan," jelasnya.
"Sampai sekarang cara belajar kita masih tertatih-tatih meskipun ada daring. Gurunya tidak siap, orang tuannya tidak siap, murid tidak siap, pemerintah juga tidak siap," tambahnya.
Meski begitu, pemerintah juga tidak berfokus pada pendidikan saja saat pandemi seperti saat ini. Pemerintah lebih mengutamakan bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi.
Sehingga, lanjut dia, seluruh anggaran akan di pusatkan ke kesehatan dan ekonomi. Bahkan anggaran pendidikan pun terpangkas untuk kebutuhan kesehatan dan pemulihan ekonomi.
"Menurut saya, perhatian pemerintah tidak ke sana (pendidikan). Sehingga kemudian pendidikan kita semakin tertatih-tatih meski dengan sistem daring," pungkasnya.