Kegiatan belajar daring bagi anak-anak di Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Jombang, terkendala terbatasnya ponsel pintar dan sinyal internet. Para pelajar di kampung ini terpaksa belajar berkelompok dan menumpang di rumah warga yang mempunyai wifi.
Desa Marmoyo berjarak sekitar 25 KM dari pusat kota Kabupaten Jombang. Dibutuhkan sekitar satu jam perjalanan untuk sampai di desa ini. Sinyal internet sangat terbatas di kampung berpenduduk 1.100 jiwa ini karena dikelilingi hutan yang lebat.
Padahal sinyal internet menjadi kebutuhan utama untuk kegiatan belajar mengajar anak-anak di Desa Marmoyo. Sama dengan para siswa di wilayah lainnya, mereka juga wajib belajar secara daring sejak virus Corona mewabah Maret lalu.
"Kami terkendala sinyal, di Desa Marmoyo ini tidak ada jaringan. Hanya bisa diakses pakai wifi," kata Sekretaris Desa Marmoyo Sumandi (36) kepada wartawan di rumahnya, Jumat (24/7/2020).
Tidak hanya itu, belajar secara daring di kampung yang cukup terpencil ini juga terkendala rendahnya taraf perekonomian warganya. Sehingga banyak orang tua di desa ini tidak mampu membeli ponsel pintar (smartphone) untuk anak mereka.
Namun, keterbatasan tersebut tidak lantas membuat warga Desa Marmoyo berpangku tangan. Berkat kerukunan dan solidaritas mereka, anak-anak usia SD, SMP hingga SMA di kampung ini tetap bisa belajar daring. Yakni dengan belajar berkelompok di rumah warga yang mempunyai wifi.
"Saat ini sudah ada 10 rumah warga sini yang dipasang wifi. Sebulan yang lalu, wifi hanya ada di balai desa," ungkap Sumandi.
Salah satunya di rumah Sumandi sendiri. Seperti pagi ini, sekelompok anak kelas 2 SD sedang sibuk belajar di rumahnya. Enam anak ini hanya mengandalkan satu ponsel pintar saja untuk membaca materi pelajaran maupun tugas dari guru mereka.
Yaitu ponsel milik anak Sumandi, Adam Muhtar yang juga masih duduk di bangku kelas 2 SD. Melalui ponsel yang sama pula mereka mengirimkan tugas sekolah yang selesai dikerjakan ke guru masing-masing menggunakan aplikasi chating. Kebetulan anak-anak tersebut tetangga dekat Sumandi.
"Anak-anak SD banyak yang tidak punya ponsel. Nomor kami yang dimasukkan ke grup sekolah. Kalau ada tugas kami sampaikan ke rumah mereka," terangnya.
Para siswa SMP dan SMA di kampung ini juga melakukan hal yang sama. Hanya saja mereka biasa menumpang wifi di rumah Sumandi siang sampai malam hari.
"Anak-anak SMP dan SMA biasanya hanya download tugas atau pelajaran kemudian mereka kerjakan di rumah," jelas Sumandi.
Sebulan yang lalu, lanjut Sumandi, semua siswa SD, SMP dan SMA hanya bisa belajar daring di balai Desa Marmoyo. Karena kantor desa tersebut satu-satunya tempat dengan wifi saat itu.
Akibatnya, jaringan internet di tempat itu menjadi lambat dan tidak mumpuni untuk belajar anak-anak. Kondisi itu membuat warga yang mampu memasang wifi di rumah masing-masing. Sehingga kini sudah ada 10 rumah warga Desa Marmoyo yang mempunyai wifi.
"Wifi di rumah-rumah warga itu sengaja tidak pakai sandi biar mudah diakses anak-anak. Tagihan tiap bulannya dibayar sendiri oleh pemilik rumah. Desa hanya membantu pemasangan saja," tegasnya.
Keterbatasan sinyal internet dan ponsel pintar rupanya tak menyurutkan semangat belajar anak-anak Desa Marmoyo. Seperti yang dikatakan Febria Kristanti Pratama, siswa kelas 2 SDN Marmoyo. Dia tidak sungkan meski harus belajar dengan meminjam ponsel pintar temannya.
"Belajar kelompok karena saya tidak punya ponsel. Pinjam ponsel teman sejak masuk sekolah," cetusnya.
Sementara Karin Lestari (7) mengaku lebih suka belajar berkelompok daripada sendiri-sendiri. Seperti pagi ini, dia belajar menggambar lambang-lambang Pancasila bareng teman sekelasnya.
"Lebih enak belajar ramai-ramai karena seru," tandas siswa kelas 2 SDN Marmoyo ini.