Keluarga para pasien COVID-19 di Jombang mengeluhkan belum adanya bantuan dari pemerintah. Mereka juga menyayangkan lamanya hasil tes swab sehingga membuat keluarga mereka tak kunjung bisa keluar dari tempat karantina.
Belasan keluarga pasien Corona ini memilih menyampaikan keluhannya dengan curhat langsung ke kantor DPRD Jombang di Jalan KH Wahid Hasyim. Mereka menyampaikan keluhan secara langsung ke sejumlah anggota dewan yang menyambut di lobi kantor DPRD.
Salah satunya Maria Puspitaningrum (35), warga Desa/Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Suaminya, Sirojul Munir sudah 22 hari diisolasi di tempat karantina STIKES Pemkab Jombang karena dinyatakan positif Corona.
Menurut Maria, suaminya selama ini menjadi tulang punggung keluarganya. Karena suaminya tak kunjung diizinkan pulang, Maria mengaku menderita kesulitan ekonomi. Terlebih lagi, dia belum sekali pun mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Saya hanya menerima dari Polres Jombang bantuan beras 5 Kg, mi goreng 5 bungkus, dan wafer satu. Bantuan dari Pemerintah tidak ada sama sekali," kata Maria kepada wartawan di kantor DPRD Jombang, Selasa (14/7/2020).
Maria menjelaskan saat ini kondisi suaminya sudah sehat. Hanya saja, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Jombang tak kunjung mengizinkan suaminya untuk pulang. Oleh sebab itu, dia mengadu ke DPRD Jombang agar suaminya segera dipulangkan dari tempat karantina.
"Sekarang masih dikarantina di STIKES Pemkab Jombang, sudah 22 hari. Di sana kondidinya sehat, cuma dikasih makan dan olahraga saja. Kenapa tidak dipulang-pulangkan, kenapa dikarantina di sana," terangnya.
Keluhan juga datang dari Kadir, pria yang mengaku lahir di Kecamatan Bareng, Jombang. Bersama anaknya, dia datang ke Kota Santri ini untuk mengunjungi keluarganya. Saat Corona mewabah, dia hendak kembali bekerja ke Maluku. Sedangkan anaknya ingin kembali sekolah di Sukabumi.
"Awalnya saya dan anak saya mengurus surat sehat karena menjadi syarat untuk membeli tiket. Saya bayar rapid test dan pemeriksaan diri saya secara mandiri Rp 1,3 juta," ungkapnya.
Namun saat itu, Kadir dan anaknya dinyatakan reaktif. Sehingga mereka dikarantina di gedung Tenis Indoor Jombang. Dia mengikuti prosedur karantina karena ingin segera dites swab dan dinyatakan negatif Corona. Kadir baru keluar dari tempat karantina setelah 16 hari berlalu.
"Saya dikarantina 16 hari. Kami menyampaikan aspirasi ke DPRD Jombang. Banyak yang dikarantina, ada yang sebulan lebih, ada yang 23 hari tidak ada hasilnya (hasil tes swab). Hanya disuruh menunggu. Kami punya anak dan istri. Bagaimana nasib mereka, kan tidak mikir mereka," jelasnya.
Kadir juga mengeluhkan perlakuan terhadap orang-orang yang dikarantina di gedung Tenis Indoor. "Karantina di Tenis Indoor dikasih makan dan vitamin C 7 butir seminggu. Yang saya bingung, yang positif dengan yang reaktif dicampur satu ruangan, harusnya dipisahkan. Ini harus ada jalan keluarnya," tegasnya.
Anggota DPRD Jombang Syarif Hidayatullah berjanji akan menyampaikan keluhan keluarga para pasien Corona ke Bupati Jombang Mundjidah Wahab. Dia meminta Pemkab Jombang memenuhi janjinya untuk memberi bantuan uang tunai kepada keluarga para pasien COVID-19 yang dikarantina.
"Saya yakin beban mereka (kelurga pasien Corona) besar dan banyak. Tolonglah janji itu harus dipenuhi. Karena pasien butuh bahagia. Kalau banyak pikiran memikirkan yang di rumah, tidak ada sumbangsih pemerintah kan tingkat kesembuhannya berkurang," cetusnya.
Syarif juga meminta Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Jombang membuat proses karantina pasien Corona berjalan efektif dan efisien. Proses tes swab harus dipersingkat agar para pasien tidak terlalu lama meninggalkan pekerjaan dan keluarganya karena harus dikarantina.
"Saya minta (hasil tes swab) dicek ke Surabaya. Jemput bola, jangan nunggu keterangan dari Surabaya. Saya takutnya datanya ketlisut," tandasnya.