Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam Sekolah di Surabaya Anjlok Hingga 75%

Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam Sekolah di Surabaya Anjlok Hingga 75%

Amir Baihaqi - detikNews
Selasa, 14 Jul 2020 16:18 WIB
penjualan seragam sekolah
Toko seragam sekolah di DTC Wonokromo (Foto: Amir Baihaqi)
Surabaya -

Tahun ajaran baru bagi siswa saat ini seharusnya menjadi masa panen para pedagang seragam sekolah. Namun sejak ada pandemi Corona penjualan seragam malah mengalami penurunan drastis.

Anas (57), salah satu pedagang seragam sekolah di Pasar DTC Wonokromo mengaku selama pandemi Corona, penjualan seragam mengalami penurunan tajam sampai 75 persen. Hal itu bahkan sudah terasa sejak awal Januari lalu.

"Penurunan penjualan bukan hanya tajam, tapi sudah sangat tajam sekali sampai 74 persen. Sejak Januari sudah terasa sampai sekarang," tutur Anas kepada detikcom, Selasa (14/7/2020).

Menurut Anas, penurunan penjualan bukan disebabkan orang takut berbelanja ke pasar karena pandemi Corona. Tapi lebih disebabkan daya beli yang turun karena efek pademi.

"Ya alasan pada umumnya kan memang pandemi. Bukan takut ke pasar, tapi keadaan daya beli sama-sama lagi turun juga," jelas pria yang sudah berjualan seragam selama 35 tahun itu.

Anas juga menyebut, kebijakan sekolah yang mengharuskan siswa belajar secara daring atau online juga turut mempengaruhi penjualan seragam. Sehingga kebutuhan seragam selama belajar dari rumah tidak mutlak dibutuhkan.

"Sekolah juga sekarang kan daring semua. Kalau biasanya kan awal-awal masuk ajaran baru ramai sekali. Nah waktu gini kan pakai punya kakaknya sudah bisa karena kan cuma buat di depan kamera saja," tukasnya.

Dikatakan Anas, karena adanya penurunan penjualan sampai 75 persen, otomatis juga mempengaruhi omzet. Bahkan ia mengaku penurunan omzet bisa sampai 80 persen.

"Penurunannya sama bisa turun sampai 75 persen bahkan lebih sampai 80 persen omzetnya. Ini setiap hari saja dapat satu, dua pembeli sudah bersyukur," terang pria asal Madiun itu.

Yuli (30), salah satu pembeli yang ditemui detikcom mengaku harus terpaksa membeli seragam untuk anaknya yang baru masuk kelas 1 SD. Ia sebenarnya keberatan dengan kewajiban membeli seragam dari sekolah, padahal sekolah hanya online.

"Terpaksa membeli, wong belajar dari rumah saja kok pakai seragam. Ini saya beli dua pasang seragam pramuka dan putih merah," ujar Yuli.

Tak hanya harus membeli seragam, Yuli juga mengeluh soal pembelajaran secara. Karena ia harus mengeluarkan biaya lagi untuk paket internet untuk anaknya.

"Ya itu juga lumayan itu (beli paket internet) biaya yang keluar karena online. Sudah gitu belajarnya juga gak bisa maksimal karena pas jaringan lemah suara putus-putus," tandas Yuli.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.