Menakar Peluang Whisnu Sakti di Pilwali Surabaya 2020

Menakar Peluang Whisnu Sakti di Pilwali Surabaya 2020

Amir Baihaqi - detikNews
Senin, 06 Jul 2020 18:35 WIB
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana meminta Dinas Pendidikan membuat surat edaran larangan outbond untuk sekolah. Itu karena musim hujan masih berlangsung.
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana (Foto: Deny Prastyo Utomo)
Surabaya - Cawali Surabaya Whisnu Sakti Buana sempat dikabarkan mendapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk maju di Pilwali Surabaya 2020. Meski kabar tersebut kemudian dibantah, namun bagaimana peluang Whisnu Sakti (WS) di Pilwali Surabaya 2020?

Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Bagong Suyanto mengatakan WS merupakan politisi yang mempunyai kelebihan dalam beradaptasi dan memposisikan diri. Dan hal itu adalah nilai lebih sebagai seorang politisi.

"Kalau melihat sejarahnya dulu. Kan dia ada masalah dengan Bu Risma. Sejak awal di media massa dia kurang diterima. Tapi saya melihat Pak Whisnu itu punya kemampuan memposisikan dirinya sehingga hubungan mereka (Risma-Whisnu) tidak bermasalah," ujar Bagong saat berbincang dengan detikcom, Senin (6/7/2020).

"Itu juga harus dibaca sebagai nilai lebihnya Pak Whisnu. Kan orang yang bisa mereposisi diri, bisa beradaptasi ketika berelasi dengan siapapun itu kan juga keunggulan," tambah guru besar FISIP Unair itu.

Sedangkan peluang WS mendapatkan rekomendasi, Bagong menyebut peluang semua cawawali di PDIP tidak bisa diprediksi. Sebab semuanya ada di tangan Megawati. Meski begitu, ia tetap memperhitungkan WS dengan keunggulan kualifikasi personalnya yang baik.

"Khusus untuk PDIP ini sudah ndak ada. Yang penting semua tergantung dengan Bu Mega. Tapi kualifikasi personalnya, saya kira keunggulannya Pak Whisnu kemampuan dia yang cair bergaul dengan siapapun. Itu saya kira harus diakui sebagai nilai lebihnya," jelasnya.

Menurut Bagong, dalam Pilwali Surabaya 2020, kekompakan internal PDIP adalah mutlak. Sebab jika ada gejolak, maka hal itu akan menjadi benih kekalahan. Karena dalam kontestasi nanti partai berlambang banteng moncong putih ini sendirian dan harus menghadapi koalisi seluruh partai.

"Yang jelas gini. PDIP itu punya pendukung yang loyalis dan militan ya. Tinggal siapapun nanti yang dicalonkan itu tidak mengganggu. Tapi kalau yang lainnya mengganggu ya nanti suaranya jadi tidak bulat," tutur Bagong.

"Lawannya kan koalisi partai yang banyak. Itu kan kalau internal (PDIP) pecah ya kalah. Tapi kalau kuat kan ada kontestasi yang berimbang," pungkas Bagong. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.