Aksi Sujud Risma Soal Corona yang Hebohkan Surabaya

Round-Up

Aksi Sujud Risma Soal Corona yang Hebohkan Surabaya

Tim Detikcom - detikNews
Minggu, 05 Jul 2020 08:37 WIB
Wali Kota Risma nangis-nangis dan sujud saat audiensi bersama IDI Jatim dan IDI Surabaya. Dia mengaku goblok dan tak pantas menjadi wali kota.
Risma sujud di hadapan IDI Surabaya (Foto: Esti Widiyana/detikcom)
Surabaya -

Khalayak umum memperbincangkan aksi Wali Kota Risma sujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSU dr Soetomo, dr Sudarsono, beberapa waktu lalu. Aksi itu terjadi saat audiensi bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, Senin (29/6).

Aksi itu risma lakukan setelah mendapat keluhan dari Sudarsono. Dalam audiensi itu Sudarsono mengatakan, pasien COVID-19 di RSU dr Soetomo sudah overload. Namun masih banyak masyarakat di luar yang tak patuh protokol kesehatan. Risma pun kembali bersujud sambil menangis.

Apa yang dilakukan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu semata-mata memohon agar tidak disalahkan sepenuhnya. Pasalnya, wali kota yang menjabat dua periode itu merasa tidak bisa berkomunikasi dengan RSU dr Seotomo untuk menangani warganya yang terpapar COVID-19.

Beragam tanggapan yang diungkapkan netizen baik yang pro dan kontra. Sejumlah pakar menyebut sujud yang dilakukan Risma di hadapan para dokter bukan permohonan maaf, tapi lebih pada ekspresi kejengkelannya. Hal itu bisa dilihat dari apa yang diucapkan saat peristiwa itu terjadi. Dan ada pula yang menganggap luapan amarah dan emosi.

"Menurut saya, Risma ini memang lelah. Bu Risma membutuhkan dukungan dari timnya. Karena tekanan sana-sini, makanya sampai segitunya. Caranya, Risma harus membagi beban, jangan menanggung beban sendiri, jangan merasa bersalah, jangan merasa menanggung sendiri. Kayak Pak Jokowi kan terlihat emosi sekali, sama kasusnya sebetulnya," kata Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo kepada detikcom, Kamis (2/7/2020).

Dia menambahkan sebagai sosok pemimpin Risma seharusnya dapat lebih mengontrol emosi. Terlebih ketika meluapkan di dalam sebuah komunikasi publik. Dengan potensi besar yang dimiliki Wali Kota Risma, Suko mengatakan, perlu diiringi manajemen komunikasi publik yang baik.

"Risma itu adalah sosok yang pekerja keras, punya tanggung jawab tinggi. Dia bekerja luar biasa, keadaan lelah pun tetap kerja luar biasa. Makanya harus dibantu oleh tim yang bisa manajemen komunikasinya," ujarnya.

Tonton video 'Risma Sujud ke IDI, dr Sudarsono Beri Penjelasan':

Menurutnya, apa yang dilakukan Risma sujud belum tentu membangun persepsi baik di mata masyarakat, bahkan bisa sebaliknya.

"Model semacam itu, bisa dua kemungkinan. Orang bisa simpati atau antipati. Pendukungnya akan push bela mati-matian dan yang anti akan sebaliknya. Seorang pemimpin harusnya berada pada kematangan psikologi, kematangan komunikasi," lanjutnya.

Sementara Pakar Sosiologi Unair Prof Dr Bagong Suyanto menjelaskan aksi Risma sujud bukan permohonan maaf, tapi lebih pada ekspresi kejengkelannya. Hal itu bisa dilihat dari apa yang diucapkan saat peristiwa itu terjadi.

"Nah kalau saya lihat bukan meminta maaf ya. Tapi lebih pada jengkel toh. Wong dia kan ngomongnya 'saya goblok, saya goblok, saya tidak pantas jadi wali kota'. Kan bukan orang meminta maaf tapi itu lebih pada ekspresi kejengkelan orang," urainya.

Bagong menyebut pemimpin itu sebenarnya kualitasnya dinilai dari seberapa jauh dia mampu menggerakkan sumber daya yang dimiliki.

"Tapi kelihatannya Bu Risma ini tipe kepemimpinannya lebih mengandalkan pada pendekatan yang sifatnya personal ya. Artinya lebih pada dia. Itu yang membuat seolah-olah beban itu ditanggung oleh Bu Risma sendirian," kata Bagong.

Bagong menilai, gaya kepemimpinan dengan pendekatan personal sebenarnya tidak masalah jika diterapkan ke dalam otoritasnya. Namun hal itu akan menjadi persoalan ketika diterapkan di luar otoritasnya.

"Menghadapi anak buahnya ndak masalah, karena dia bisa memerintah kan. Tapi ketika berhubungan di luar otoritasnya itu yang akan menjadi masalah. Karena tidak semua orang kan bisa dikendalikan," jelasnya.

Halaman 3 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.