Penglaris sedang jadi bahan perbincangan bagi pedagang makanan. Namun tukang bubur di Blitar ini punya cara tersendiri sampai usaha berkembang pesat di tiga kota.
Muhammad Nur Amin mengaku memulai bisnis bubur sejak tahun 2012. Belajar cara membuat bubur dari YouTube, pria 43 tahun ini terinspirasi dari sinetron yang tayang di televisi swasta itu.
"Tukang bubur saja bisa naik haji. Berarti jualan bubur itu kan ada untungnya. Terinspirasi dari situ, saya menjual di wilayah Tulungagung. Soalnya kalau di sana kan jauh dari teman, saudara jadi tidak malu dan tidak ada beban berjualan bubur," tutur Nur kepada detikcom, Senin (29/6/2020).
Bagi Nur, berjualan bubur memang banting stir. Sebelumnya, dia pernah membuat pabrik rokok, sales beragam barang palen dan suplier telur. Sementara, berdagang bubur, hanyalah usaha berkelas receh. Namun dengan usaha ini, Nur Amin mengaku bisa setiap saat bersedekah.
"Setiap outlet bubur itu menyediakan gratis untuk anak yatim piatu dan kaum dhuafa. Para pembeli kami yang dekat dengan rumah mereka, biasanya kami titipi," ungkap warga Jimbe Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar ini.
Sedekah inilah yang diyakini Nur Amin membuat usahanya cepat berkembang. Dalam waktu setahun, outletnya di Tulungagung bertambah menjadi sekitar 30 buah. Sampai saat ini, ada sekitar 50 outlet bubur tersebar di Kediri dan Trenggalek.
"Semakin kita menebar kebaikan ke banyak orang, semakin dijaga usaha kita oleh Allah," tandasnya.
Tonton video 'Pedagang Cuanki Akhirnya Ngaku Ludahi Pesanan Buat Penglaris':
Dengan usahanya menjual bubur ini, Nur Amin mempekerjakan 87 karyawan. Terdiri 65 penjaga outlet bubur yang berjaga dari pukul 06.00 sampai 08.00 WIB, 10 pegawai di Kampung Bubur dan 12 pegawai di bagian produksi.
Mereka yang menjaga outlet ini, karena hanya bekerja selama 2 jam, selebihnya didorong membuka bisnis sesuai minatnya masing-masing. Ada sekitar 100 anak muda memulai usahanya di bawah bimbingan Nur Amin.
"Semangat anak muda dalam wiraswasta itu tinggi. Mereka kebanyakan tumbang, karena tidak ada pendampingan. Makanya, di sini saya juga bersedekah ilmu kepada mereka, agar dalam berbisnis mereka tetap survive," tutur bapak dua anak ini.
![]() |
Dalam waktu dekat, bubur dengan branding produk Kampung Bubur ini akan membuka banyak outlet di wilayah Blitar Raya. Nur membutuhkan banyak tenaga kerja untuk itu. Dia terbuka lebar bagi siapa saja yang berminat bekerja, sekaligus belajar darinya untuk membuka usahanya sendiri.
Dia juga berencana melaunching Kampung Bubur sebagai lokasi wisata edubisnis. Di sinilah nantinya, dia bersedekah ilmu cara membuat bubur, sekaligus digitalisasi marketing mengikuti perkembangan zaman.
"Produk Kampung Bubur itu, 60 persennya berupa bubur bayi sehat. Yang diproduksi tiap hari dan habis hari itu juga. Dijamin sehat dibanding yang instan. Peluang usaha ini sangat terbuka lebar, karena kebutuhan primer bagi bayi," imbuhnya.