Pasien positif COVID-19 di Jawa Timur menempati urutan tertinggi se-tanah air. Kini, kasusnya mencapai 10.886 pasien. Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Pemprov Jatim bisa mengendalikan penularan COVID-19 dalam waktu dua minggu kedepan.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengatakan untuk menekan angka penularan COVID-19, pihaknya telah memiliki action plan. Salah satunya, akan membentuk Tim Gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus tugas Surabaya Raya yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.
Tiga daerah tersebut dipilih karena menjadi wilayah penyebaran Corona tertinggi di Jatim. Ketiganya dalam koordinasi Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengintensifkan koordinasi dalam sinergi, kolaborasi dan evaluasi.
"Sesuai arahan pak presiden bahwa kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, maka dengan dibentuknya Tim Gabungan Surabaya Raya ini nantinya akan bisa dilakukan sharing sumber daya dan komitmen yang terukur," kata Khofifah di Surabaya, Sabtu (27/6/2020).
Tonton juga 'Corona di Jatim Terbanyak, Jokowi Minta Pengendalian 2 Minggu':
Action plan selanjutnya, yaitu dengan terus memasifkan tes, pelacakan, isolasi hingga treatment dengan jumlah yang lebih banyak. Salah satunya, dengan menerjunkan Tim Gabungan COVID-19 Hunter Dinkes lokal khususnya di kluster utama Surabaya Raya untuk melakukan testing dan isolasi masif.
Selain itu, nantinya dalam satu pasien yang positif, akan dilakukan tracing atau pelacakan minimal 20 orang per kasus. Ada pula penyediaan ruang isolasi yang lebih besar, agar isolasi menjadi nyaman. Khofifah menyebut keberadaan RS Darurat akan dioptimalkan.
"Beban RS juga harus dievaluasi dan relaksasi, pasien ringan harus benar-benar dipisahkan. Terapi harus selalu update dengan para pakar," imbuhnya.
Saat ini, mesin PCR yang ada di Jatim berkapasitas 2.250 tes setiap hari. Sementara dalam seminggu, tesnya mencapai 13.500 spesimen. Khofifah menyebut tes ini pada minggu depan rencananya akan dimaksimalkan lagi dengan tambahan mesin PCR serta reagen sesuai kebutuhan.
Sementara terkait prakondisi memasuki new normal, Khofifah akan melakukan koordinasi ulang dengan tim gugus tugas provinsi dan tiga kabupaten kota. Hal ini untuk mempertimbangkan agar sementara tetap menutup dulu aktivitas di level krusial. Seperti bioskop, studio atau taman hiburan indoor dan melakukan monitor ketat.
Monitoring ini termasuk monitoring pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat di pasar-pasar Surabaya Raya. Di samping itu, Khofifah juga akan membuat zonasi di setiap kecamatan berdasarkan 15 indikator epidemiologi dan tidak bisa asal membuka aktivitas.
Khofifah menambahkan untuk meluaskan sosialisasi protokol kesehatan pada masyarakat, pihaknya akan melibatkan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influencer, dan pelaku usaha dan elemen strategis lainnya.
Sosialisasi ini terkait penggunaan masker hingga kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Sistem support dan insentif juga perlu disediakan untuk industri masker maupun media supaya masyarakat terbiasa menggunakan masker.
"Ini penting kita lakukan, karena riset membuktikan bahwa bila 60 persen populasi menggunakan masker kain maka Rate of Transmission (RT) bisa di bawah satu dan kurva bisa turun," lanjutnya.
Di kesempatan yang sama, Khofifah menegaskan pentingnya rencana membendung Rumah Sakit yang overload, yang berdampak pada menurunnya kualitas hingga menyebabkan peningkatan kematian. Ada pula rencana untuk memberikan relaksasi bagi tenaga kesehatan yang sudah mulai exhausted dalam promotif, preventif, kuratif dan tracing.
"Pada saat yang sama kami juga harus terus melakukan intervensi dampak sosial ekonomi akibat COVID-19. Karenanya, bantuan dan support dari pemerintah pusat masih sangat kami butuhkan," pungkasnya.