Kreatif. Itulah yang dilakukan para pemuda desa di Lamongan. Berbekal iuran bersama, mereka bersama-sama membuat perangkap ikan dari bambu yang mereka sebut 'Boro' yang mereka pasang di sungai desa setempat. Boro inipun mampu memberi penghasilan kepada warga.
Di tengah lesunya ekonomi akibat pandemi Corona, ide kreatif para pemuda dari Desa Mojoasem, Kecamatan Laren, ini mampu menggerakkan roda ekonomi. Berbekal uang iuran sebesar Rp 2,5 juta yang digunakan untuk membeli bambu, mereka menjadikan sungai desa setempat sebagai sumber ekonomi alternatif bagi warga.
"Ide awalnya karena ingin memanfaatkan sungai yang berarus lumayan deras dan ini bisa berlangsung hingga 1 bulan hingga airnya berangsur-angsur surut dan ikan-ikan pun mulai berkurang. Kurang lebih 1 bulan kondisinya akan begini, setelah itu akan surut jumlahnya," kata Fachrur, ketua pelaksana kegiatan saat berbincang dengan wartawan, Jumat (12/6/2020).
Alat perangkap ikan yang mereka sebut dengan 'Boro' ini, menurut dia, sebenarnya alat sederhana yang terbuat dari bambu yang dianyam sedemikian rupa dan mereka letakkan di atas sungai dengan posisi melawan arus sungai. Sebelum memasang alat, lanjut Fachrur, mereka membersihkan terlebih dulu sungai dari semak yang bisa mengganggu 'Boro' saat dipasang nanti.
"Konsepnya sebenarnya sederhana namun sangat efektif dan efisien, karena ikan ketika masuk 'Boro' akan kesulitan jika ingin kembali melawan arus," ujar Fachrur.
Fachrur mengungkapkan, 'Boro' yang dipasang pemuda ini memang memiliki ukuran yang lumayan besar dan panjang disesuaikan dengan lebar sungai. Salah satu ujung dari Boro diposisikan hingga masuk ke dalam air, di ujung lainnya para pemuda secara bergiliran menunggu dan mengambil ikan yang terperangkap. Beragam ikan berhasil mereka tangkap dari alat berbahan dasar bambu ini, mulai dari ikan Wader, Bader, Lundu, keting, sampai ikan Gabus.
"Anyaman bambu kita pasang di atas sungai dengan posisi landai melawan arus, kita pasang juga tiang-tiang bambu di sungai sebagai penyangga alat. Posisi landai ini bertujuan agar semua ikan yang terbawa arus akan terperangkap di atas anyaman bambu," terangnya.
Tonton juga video 'Jokowi Ingin KPK Pelototi Pemulihan Ekonomi':
Dari alat sederhana mereka bisa menghasilkan uang yang lumayan banyak. Hasil sehari dari memasang 'Boro' ini sudah bisa mengembalikan modal utama para pemuda Desa Mojoasem ini. Fachrur mengaku, hasil dari alat yang sudah terpasang selama 7 hari ini memang di luar prediksi mereka.
Sebab, pemuda ini sudah bisa meraup omzet sebedar Rp 25 juta. Harga ikan hasil tangkapan 'boro' inipun bervariasi mulai dari Rp 10 ribu/kg hingga Rp 40 ribu/kg tergantung jenis ikannya. "Kami tidak menjualnya kemana-mana, karena para tengkulak ikan sudah datang sendiri ke tepi sungai di mana kami berada," tutur Fachrur.
Fachrur menambahkan jika volume ikan hasil tangkapan ini akan stabil dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan. Dengan asumsi kondisi ini akan bisa bertahan selama 1 bulan, maka omzet yang akan didapat para pemuda desa ini bisa mencapai Rp 100 juta dalam sebulan.
"Di tengah lesunya ekonomi akibat pandemi COVID-19, kami memanfaatkan bambu dan sungai sebagai sumber alternatif ekonomi bagi mereka," tandasnya.
![]() |
Pemuda lainnya, Fitroni menyebut manfaat besar juga dirasakan masyarakat. Pasalnya, para pemuda ini memberikan ikan hasil tangkapan mereka secara gratis kepada warga Desa Mojoasem untuk kebutuhan lauk makan mereka setiap hari. Manfaat lainnya, aku Fitroni, perangkap ikan ini juga mampu menyerap 100 orang sebagai pekerja harian untuk berjaga secara bergantian.
"Alhamdulillah, anak-anak yang masih belum masuk sekolah atau orang yang belum bekerja karena COVID-19 ini, sekarang punya kegiatan yang positif dan punya penghasilan," ujar Fitroni, sang bendahara.
Bagi mereka, imbuh Fitroni, omzet dan fungsi alat sederhana ini sangat besar bagi para pemuda. Mereka, lanjut Fitroni, akan menyisihkan sebagian besar keuntungan alat ini untuk investasi yang lebih produktif lagi. "Harapannya para pemuda desa ke depan mampu menciptakan usahanya secara mandiri, sehingga nantinya tidak ada cerita lagi bahwa pemuda desa banyak nganggurnya daripada manfaatnya," pungkasnya.