Di antaranya, mereka wajib membawa hasil rapid test non reaktif kepada pengurus ponpes. Dan setelah kembali mondok, bersedia tidak bertemu langsung dengan keluarga sampai pemerintah menyatakan wabah Corona telah berlalu.
Ketua Harian Gugus Tugas COVID-19 Kota Blitar Hakim Sisworo mengatakan skema protokoler kesehatan harus ketat diterapkan dalam kalangan ponpes. Mengingat jumlah santri sangat banyak dalam satu lokasi dan ada interaksi intens diantara kelompok komunitas.
"Di Kota Blitar itu ada sekitar 13 ponpes dengan ribuan santri. Jadi kami rekomendasikan santri yang kembali masuk pondok wajib membawa hasil rapid test. Terutama bagi santri dari luar daerah," kata Hakim kepada detikcom, Rabu (10/6/2020).
Hakim melanjutkan, pihaknya bersama dinkes dan tiga pilar telah melakukan koordinasi ke beberapa pengurus ponpes. Intinya, semua memasukkan santrinya secara bertahap dengan jeda dua pekan.
Seperti yang akan dilakukan Ponpes Nurul Ulum di Jalan Ciliwung Kepanjenkidul Kota Blitar ini. Kepala Madrasah Maarif Nahdlatul Ulama (Maknu), M Wahid Mustofa memaparkan, pihaknya akan membagi santri kembali masuk pondok menjadi tiga gelombang.
Gelombang pertama masuk pondok pada tanggal 13 Juli untuk santri kelas VII dan X. Menyusul gelombang kedua, tanggal 27 Juli untuk kelas VIII dan XI. Terakhir gelombang ketiga tanggal 8 Agustus untuk santri kelas IX dan XII.
"Selain kami jadikan tiga gelombang, pondok juga kami sebar di dua lokasi. Sekitar 1000 santri mondok di sini, yang 300 akan mondok di Tambakboyo Kecamatan Sanankulon," jawab Wahid.
Pada saat santri kembali mondok, lanjutnya, harus diantar orang tua atau walinya. Dan selama perjalanan dari rumah menuju ponpes, dilarang mampir ke tempat tujuan lain. Lalu, ketika semua santri telah masuk pondok, maka mereka akan berada di dalam pondok sampai pandemi Corona berakhir.
"Iya. Kalau semua sudah masuk, mereka akan tetap berada dalam pondok. Mereka bisa bertemu langsung keluarganya jika pemerintah telah menyatakan aman dari penyebaran virus Corona," pungkasnya. (iwd/iwd)