Sejumlah pasien positif Corona mengeluhkan kesulitan air bersih dan tak adanya peralatan masak di rumah isolasi STIKES Pemkab Jombang. Mereka menyampaikan keluhannya melalui rekaman video.
Keluhan para pasien positif COVID-19 beredar melalui WhatsApp dalam bentuk rekaman video sejak Minggu (7/6). Video pertama direkam malam hari. Terlihat seorang nenek dan pria berpeci hitam berbicara di depan sebuah wastafel.
"Tolong-tolong ga onok banyune, ga iso cewok, ga iso umbah-umbah, ga iso mandi (Tolong-tolong tidak ada airnya, tidak bisa cebok, tidak bisa mencuci pakaian, tidak bisa mandi)," teriak nenek tersebut seperti dikutip detikcom, Senin (8/6/2020).
Saat yang sama, pria berpeci hitam juga menyampaikan keluhannya. "Kamar mandinya juga begitu, tidak ada airnya. Tolong diperhatikan," ujarnya.
Sementara dalam video kedua nampak 5 orang memakan mi instan yang masih mentah. Seorang pria memakai sarung dan nenek berdaster merah menyampaikan keluhannya.
"Tolong, beginilah nasib orang kecil. Mau masak supermi tidak ada kompor. Tolong ini makan mi mentah. Beginilah nasib orang kecil, dibuat apa-apa mau. Ya Allah tolonglah kami Ya Allah," cetus si nenek.
"Beginilah, mau makan tidak ada untuk yang dimasak. Apa alatnya, tolong. Tolong teman-teman yang ada di sini kelaparan ini," timpal si pria yang memakai sarung.
Koordinator Penanganan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Jombang dr Pudji Umbaran menjelaskan video yang beredar tersebut direkam di rumah isolasi khusus pasien positif Corona. Yaitu di STIKES Pemkab Jombang, Jalan Dokter Sutomo, Desa Sengon, Kecamatan/Kabupaten Jombang.
"Video itu di rumah isolasi STIKES Pemkab Jombang. Video tersebut sudah kami terima beberapa hari yang lalu," jelasnya.
Ia menuturkan, persoalan air bersih terjadi sejak awal STIKES Pemkab Jombang dijadikan rumah isolasi pasien positif COVID-19. Yakni sejak sekitar 29 Mei 2020. Saat itu, kampus tersebut baru menampung 15-20 pasien positif Corona.
"Ruangan tersebut telah lama tidak dipakai. Kalaupun dipakai jarang dirawat jaringan airnya. Sehingga saat awal mereka menempati, kami akui ada keluhan air. Air sedikit kotor dan debitnya kecil. Hari itu juga kami lakukan perbaikan. Sehingga hari kedua airnya menjadi bersih, debit airnya kencang," terangnya.
Namun, saat ini rumah isolasi tersebut ditempati sekitar 75 pasien positif COVID-19. Sehingga persoalan air bersih kembali terjadi.
"Saat ini dengan penghuni sekitar 75 orang, kebutuhan air meningkat sehingga debit air berkurang. Kami sudah instruksikan pejabat terkait untuk pengeboran ulang untuk menambah debit air supaya kebutuhan air tercukupi," tegas pria yang juga menjabat Direktur RSUD Jombang ini.
Sementara video pasien positif COVID-19 yang mengeluhkan tidak ada peralatan masak di rumah isolasi, baru diterima dr Pudji sekitar 3 hari yang lalu. Menurut dia, tidak adanya peralatan memasak untuk mencegah kebakaran di rumah isolasi.
"Memang tidak diperbolehkan kami menyediakan alat-alat masak mengingat potensi kebakaran akan menghkhawatirkan kita bersama," ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya memasok para pasien positif Corona dengan makanan tambahan.
"Kami berikan makanan tambahan di samping makanan pokok yang kami kirimkan tiga kali sehari. Siang kami tambah makanan ringan, malam juga kami beri makanan tambahan di luar makan malam. Jadi, video viral itu sudah kami tindaklanjuti jauh sebelum teman-teman media konfirmasi," tandas dr Pudji.