"Kalau saya lihat sikap para kepala daerah, sepertinya tidak diperpanjang. Alasan politis lah menurut saya," ujar Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi FKM Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo saat dihubungi detikcom, Senin (8/6/2020).
"Kepala daerah perhitungannya lain lagi, tidak hanya semata-mata kesehatan. Tapi ada hal lain yang dipertimbangkan, politis lah," kata Windhu.
Dari segi epidemiologi, kata Windhu, PSBB belum dapat dilonggarkan karena belum aman. Windhu sendiri melihat masyarakat sudah alergi dengan istilah PSBB.
"Terserah namanya apa, nama boleh pakai nama apa saja, kalau Jakarta PSBB transisi atau apa, tapi seharusnya belum boleh longgar. Mungkin buat strategi baru, pemberdayaan masyarakatnya mungkin difokuskan ke sana," jelas Windhu.
Prinsipnya, lanjut Windhu, kelonggaran belum bisa dilakukan. Karena dikhawatirkan terdapat penularan baru. Angka penularan memang sudah turun, terlebih di Surabaya. Namun untuk lebih menurunkan angka penularan, Windhu meminta untuk lebih sabar lagi.
"Kalau kita sabar, maka akan turun sebentar lagi. Wong Surabaya loh sudah 1 (Rt). Kalau sabar kita akan cepat turun, mungkin 3-4 hari lagi akan turun. Tapi harus turun 2 minggu berturut-turut. Kalau turun sehari dua hari ndak boleh langsung longgar, ya langsung naik lagi nanti," urainya.
Menurut Windhu, bisa apa saja istilah baru selain PSBB jika diperpanjang nantinya. Karena masyarakat sudah 'mabuk' jika mendengar PSBB. Namun Windhu menangkap dari sikap kepada daerah, termasuk Surabaya, tidak akan melanjutkan PSBB.
"Tapi mudah-mudahan hanya istilah, kalau bisa tetap pelonggaran jangan dibuka blak. Karena belum aman. Tapi keputusannya baru sore nanti," pungkas Windhu.
Tonton juga video 'Heboh Jadi 'Zona Hitam' Corona, #SurabayaWani Puncaki Trending Topic':
(iwd/iwd)