Susah Ngaji Daring, Sejumlah Pesantren di Jatim Siap-siap Beraktivitas Kembali

Susah Ngaji Daring, Sejumlah Pesantren di Jatim Siap-siap Beraktivitas Kembali

Hilda Meilisa - detikNews
Sabtu, 30 Mei 2020 14:13 WIB
Poster
Ilustrasi (Foto: Edi Wahyono/detikcom)
Surabaya -

Sejumlah pondok pesantren di Jawa Timur tengah menyiapkan diri kembali dan melakukan aktivitas seperti dulu. Sebelumnya, hampir seluruh ponpes di Jatim sempat tutup dan memulangkan santrinya akibat COVID-19.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Karena, sejumlah ponpes mengaku kesulitan dengan sistem belajar dan mengaji secara daring. Terlebih, tidak semua orang tua santri memiliki kemampuan cukup di bidang ekonomi untuk membeli handphone dan paket internet.

Pengasuh Ponpes Mambaul Ma'arif Jombang, KH Abdussalam Shohib mengaku 2.000-an santrinya sudah dipulangkan 2 bulan lalu. Kegiatan belajar dan mengaji dilakukan secara daring, namun hal ini tak berjalan efektif.

Gus Salam sapaan akrabnya mengatakan pembelajaran secara daring ini tak bisa diakses semua santrinya. Sejumlah faktor seperti akses internet dan kemampuan ekonomi wali santri yang berbeda-beda juga turut berpengaruh.

"Kendalanya sinyal. Santri juga banyak yang tidak memiliki perangkat teknologi yang bisa untuk mengakses ngaji secara online, karena memang kemampuannya berbeda-beda, kami memahami itu," kata Gus Salam saat dihubungi, Sabtu (30/5/2020).

Sementara Gus Salam mengaku tak bisa membiarkan situasi ini terus berjalan. Pihaknya berencana memanggil kembali santrinya. Namun saat ini pihaknya tengah menggodok protokol kesehatan dan pencegahan COVID-19 agar para santrinya bisa aman.

Untuk itu, Gus Salam berharap bisa mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah. Hal ini terkait skema new normal agar bisa berjalan dan diterapkan di pesantren.

Bantuannya bisa terkait pelaksanaan rapid test, tes swab, peningkatan fasilitas kesehatan seperti fasilitas cuci tangan hingga pasokan masker di pesantren-pesantren.

"Kami berusaha komunikasi dengan pemerintah, kalau pemerintah ini menganggarkan new normal untuk sektor ekonomi, maka kita berharap sektor pendidikan itu juga ada anggarannya, salah satunya adalah pondok pesantren," paparnya.

Selain itu, Gus Salam juga berharap pemerintah bisa memberikan bantuan pembangunan fasilitas tempat tinggal santri. Karena selama ini santri tinggal berkelompok, berkerumun hingga tidur di dalam sebuah kamar yang berisi 15 hingga 20 orang.

"Di pesantren kamar 15 sampai 20 anak. Ya mungkin dengan situasi seperti ini kan nggak boleh. Pesantren bagian dari pendidikan yang selama ini sudah bergerak cepat maka tentu tidaklah salah apabila backup new normal ini ada perhatiannya ke pesantren," lanjutnya.

Sementara Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang, KH Ahmad Fahrur Rozi, mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan kembali mengaktifkan kegiatan pendidikan di pesantrennya.

"Kami berharap pesantren segera dibuka karena kan sudah libur terlalu lama, jadi masyarakat ini wali santri sudah banyak yang bertanya," ujar Gus Fahrur.

Namun, Gus Fahrur mengaku tak bisa gegabah. Dia ingin memastikan para santri nanti tetap aman dan kesehatannya terjaga saat kembali ke pondok. Gus Fahrur pun berharap pemerintah memberikan perhatian lebih pada pesantren seperti fasilitas kesehatan rapid test hingga tes swab.

"Pemerintah kan punya anggaran yang sangat besar ya untuk penanggulangan COVID-19, itu kan bertriliun-triliun, yang bisa berupa swab gitu ya di pesantren itu dialokasikan," harapnya.

Sebelumnya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengaku tengah mengkaji untuk pembukaan kembali pesantren. Khofifah menyebut telah bertemu dengan pihak Kementerian Agama hingga Kanwil Kemenag Jatim.

"Kami tengah melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama dan Kanwil Kemenag Jatim ini sudah beberapa kali rapat dilakukan sejak sebelum lebaran jadi sudah dikomunikasikan kebijakan dari Kemenag," papar Khofifah beberapa waktu lalu.

Namun, Khofifah belum bisa merinci kapan para santri boleh kembali ke ponpes. Terlebih untuk menjalankan era new normal, setiap daerah harus mengalami penurunan kasus 50% selama dua minggu.

"Mungkin tahapan untuk new normal itu kita lihatnya banyak hal. Kita tetap berpedoman new normal itu kalau pedomannya harus turun 50% dalam 2 minggu terakhir. Kalau transisi yang tadi itu ada 6 item, jadi kan masing-masing itu ada dasarnya," pungkas Khofifah.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.