Langkah penjemputan warga positif COVID-19 dan reaktif hasil rapid test menyisakan masalah. Sebagian warga memprotes dan kecewa karena merasa dibohongi terkait karantina. Akibatnya, banyak warga yang shock dan menangis saat perjalanan menuju lokasi karantina, di Hotel Sidomuncul-1 di kawasan Wisata Bahari Pasir Putih Kecamatan Bungatan.
Ungkapan kekecewaan itu, salah satunya justru disampaikan Lukman Habsyi, Koordinator Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kecamatan Situbondo. Melalui rekaman suara yang kini tersebar, Lukman menyampaikan kekesalannya. Pria yang juga ikut dijemput karena reaktif hasil rapid test ini mengaku kecewa dengan cara yang dilakukan petugas yang dianggapnya berbohong.
"Saya buat rekaman itu karena sudah tidak kuat. Caranya harusnya persuasif. Saya kasihan tetangga saya. Yang harusnya imunnya membaik, ini malah drop. Tadi malam sampai ada yang gemetar," kata Lukman Habsyi kepada detikcom, Sabtu (30/5/2020).
Melalui rekaman itu, Lukman menjelaskan, proses penjemputan dilakukan petugas dengan dalih akan dilakukan tes ulang kepada warga yang reaktif di kantor Pemkab Situbondo. Sebagai petugas yang menjalani isolasi mandiri, Lukman pun membantu mengontak para tetangganya. Sehingga, warga dengan suka rela dan kompak ikut.
Bahkan, sebagian warga ada yang sudah tidur. Rumah mereka pun digedor rumahnya hingga akhirnya ikut. Namun ternyata yang dilakukan petugas hanya kedok. Bukannya menuju kantor pemkab untuk dites ulang, namun justru dibawa ke Pasir Putih untuk dikarantina.
"Pada prinsipnya saya mendukung ketegasan pemkab menertibkan warga yang reaktif hasil rapid test untuk dikarantina. Cuma saya kecewa tindakan ini, karena caranya keliru. Kenapa harus dibohongi, kami bukan teroris. Tidak akan lari," ujar Lukman Habsyi.
Tonton juga 'Lebaran di Tempat Karantina, Opor Ayam Bantuan Jadi Obat Rindu':
Menurut Lukman, warga baru tersadar jika dibohongi saat mobil yang mereka tumpangi mulai melintas di depan sebuah hotel di Jalan PB Soedirman Situbondo. Mereka sempat bingung dan shock akan dibawa kemana. Saking shocknya, semua warga dalam mobil elf yang ditumpangi itu menangis.
"Untung mereka tidak meninggal di mobil. Mereka semua shock, menangis. Iya kalau saya masih muda, imun saya masih kuat. Saya kasihan tetangga saya. Kami semua dibohongi, termasuk saya dan keluarga saya. Makanya saya kecewa, khususnya kepada Forkopimka Kecamatan Panji," protes Lukman sambil menangis.
Apalagi, sambung Lukman, di antara warga yang dijemput itu, salah satunya adalah tetangganya yang sedang berduka cita. Sebab, baru sore harinya sang suami meninggal dan dimakamkan akibat virus Corona. Sang tetangga ini juga sampai tidak membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi setiap hari, karena penyakit jantung yang dideritanya.
![]() |
"Padahal selama isolasi mandiri, kami cukup disiplin. Kami tidak pernah keluar rumah. Mereka juga saya ajak berjemur, saya belikan vitamin. Semua ada bukti videonya," papar Lukman Habsyi.
Menanggapi itu, Juru Bicara COVID-19 Situbondo, Abu Bakar Abdi menyampaikan, upaya penjemputan dilakukan dengan cara-cara persuasif. Namun secara teknis yang lebih mengetahui upaya penjemputan adalah petugas di lapangan. Bisa jadi, papar Abu, tindakan yang dilakukan sudah menjadi jalan terbaik.
"Memang berisiko karena imun bisa turun. Tapi itu hanya resiko sesaat. Nanti kalau sudah diberi penjelasan dan diberi vitamin, insyaallah normal lagi," papar Abu Bakar Abdi.