Ketupat berbahan dasar beras dicampur bubuk coklat ini, menjadi agenda wisata kuliner nasional tiap tahun. Dan agenda tetap dilaksanakan secara internal. Ketupat coklat yang telah dimasak, hanya dibagikan kepada staf dan keluarga dekat pemilik Kampung Coklat.
"Kami masih menjaga akulturasi budaya Jawa dan Islam yang diajarkan Wali Sanga di tanah Jawa. Bahwa ketupat menjadi simbol permintaan maaf. Ngaturaken lepat," jelas KH. Dawami Nurhadi kepada detikcom, Sabtu (30/5/2020).
Ketupat dibungkus menggunakan janur, daun kelapa muda. Janur sendiri sebagai akronim jalan menuju Nur. Atau jalan menuju cahaya kesucian. Sehingga makna filosofi ketupat adalah memohon maaf untuk kembali fitri.
![]() |
Sementara Pemilik Kampung Coklat, H. Kholid Mustofa mengatakan, ketupat coklat baginya tak hanya sebagai tradisi yang harus dijaga. Tapi juga sebagai sarana kontemplasi dan mengevaluasi setiap tahapan usaha yang telah dijalaninya selama 12 tahun ini.
"Kupatan coklat bukan hanya tradisi ya. Tapi sebagai ritual spiritualitas yang harus kami jalani. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal budaya ini. Makna berkumpul, bersedekah dan saling memaafkan, ini tradisi yang penting kita pupuk," tuturnya.
Tradisi ketupat coklat biasanya dilaksanakan sepekan usai lebaran. Seribu porsi ketupat coklat lengkap dengan lauk pauknya disediakan bagi para pengunjung yang datang.
Tradisi ini selalu ditunggu tak hanya oleh warga Blitar. Namun juga warga lain di Jawa Timur. Kampung Coklat yang terletak di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan ini tingkat kunjungannya sekitar 5.000 orang tiap akhir pekan. Dan bisa melonjak sampai tiga kali lipat, saat libur lebaran. Namun efek pandemi COVID-19, destinasi wisata edukasi kakao ini sudah tutup sejak tanggal 19 Maret 2020. (fat/fat)