Belasan warga Kota Blitar tak bisa merayakan Lebaran 2020 bersama keluarganya. Perasaan pilu mereka rasakan, karena tak bisa sungkem ke orang tuanya karena dikarantina.
Seperti yang dituturkan Sudarman kepada detikcom saat berkunjung ke Rumah Karantina Kota Blitar, Jalan Sumba. Warga Kecamatan Sukorejo ini rela naik kereta api (KA) paling malam dari Sidoarjo, tepat di malam takbiran, Jumat (23/5) malam.
Namun saya turun di Stasiun Blitar, petugas di check point mengantarnya ke rumah karantina milik Pemkot Blitar. Niatan sungkem kepada ibu kandungnya saat lebaran, harus pupus karena mengikuti protap penanganan Corona.
"Saya seperti anak durhaka. Baru tahun ini tak bisa sungkem sama ibu saya. Sebagai anak lelaki pertama dan orang tua tinggal ibu, saya merasa sangat sedih tidak bisa sungkem ibu pas lebaran," kata Sudarman usai ikut senam pagi bersama di rumah karantina, Rabu (27/5/2020).
Namun bagi pekerja bangunan ini, jelas Sudarman, masuk rumah karantina sebagai bukti kasih sayang pada ibu, istri dan kedua anaknya. Karena dia tidak ingin mereka yang dikasihinya terpapar virus Corona yang tanpa sengaja dibawanya dari Sidoarjo.
Berbeda lagi dengan Wiwik Sunarmi, warga Kauman Kecamatan Kepanjenkidul. Ibu ini bersama dua anaknya secara suka rela masuk rumah karantina sejak Kamis (21/5). Dia baru menunggu anaknya yang operasi jantung di RS Harapan Kita Jakarta, sejak tiga bulan yang lalu.
Tonton juga video 'Lebaran di Tempat Karantina, Opor Ayam Bantuan Jadi Obat Rindu':
Wiwik berniat pulang saat Lebaran karena sang ibu yang berusia 78 tahun hanya tinggal berdua dengan putra sulungnya. Sang ibu memintanya pulang ke Blitar, karena merasa kesepian saat Lebaran tanpa kepulangan Wiwik dan dua anaknya.
Dia pun kemudian mengurus semua surat keperluan pulang kampung dari Jakarta. Seperti surat keterangan dari RT tempatnya ngekos tiba melakukan rapid test bahkan tes swab. Dan hasilnya semua negatif.
Tapi saat akan naik kereta api, di Stasiun Gambir dia diminta mengurus Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) Jakarta. Setelah SIKM dipegang, ternyata tidak ada KA jarak jauh yang berangkat menuju Blitar hari itu. Hingga akhirnya dia dan dua anaknya kemudian naik Bus Harapan Jaya dan turun di agen bus Kota Blitar.
"Saya langsung masuk ke rumah karantina. Lalu saya video call ibu, saya pastikan ibu sudah tenang melihat saya sudah di Blitar. Ya nangis-nangisan kemarin. Tapi gak papa. Daripada nanti tetangga sekitar menilai saya membawa virus Corona, lebih baik saya di sini dulu saja," ucapnya.
![]() |
Video call menjadi media silaturahmi para pemudik yang tinggal di rumah karantina ini. Dari 16 orang yang tersisa, sebagian besar merupakan karyawan swasta yang mudik pada malam Lebaran. Mereka ada yang naik kereta dan bus dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Batu, Jakarta dan Bali.
"Kami telah mengkarantina 91 orang dan ini tersisa 16 orang. Karena mereka tidak bisa Lebaran dengan keluarga, maka kami fasilitasi supaya mereka nyaman di sini. Di antaranya, kemarin kami gelar salat Id di sini dan silaturahmi secara virtual bisa mereka lakukan dengan keluarganya," kata Ketua Tim Pengelola Rumah Karantina Kota Blitar, dr Dharma Setiawan.
Selain silaturahmi secara virtual, lanjut dia, pemudik juga bisa dikunjungi keluarganya. Dengan syarat, tetap menjaga jarak minimal dua meter. Kemudian makanan dan barang yang dikirimkan anggota keluarga disterilkan terlebih dahulu dengan disinfektan.