Wakil dekan III FISIP UB, Akhmad Muwafik Saleh mengatakan ada hal yang menggembirakan selama bencana terjadi di negeri ini. Yakni munculnya jiwa saling bergotong royong membantu warga yang terdampak bencana. Baik dalam bentuk bantuan sembako, kebutuhan makan, pakaian layak pakai, obat-obatan maupun donasi lainnya.
"Kita melihat secara nyata, masyarakat kita menampilkan sikap ringan tangan dan bermurah hati. Berbondong-bondong dalam membantu setiap orang yang terdampak bencana. Bahkan semua kelompok dari berbagai lapisan bersedia turut terlibat dalam berbagai kegiatan voluntarisme bencana," tutur Muwafik dihubungi detikcom, Selasa (19/5/2020).
Semangat voluntarisme, lanjut dia, menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang bersemayam dalam jiwa manusia. Fenomena voluntarisme pada masyarakat Indonesia selama bencana, menunjukkan masih adanya perhatian dan kepedulian yang melekat dalam diri masyarakat Indonesia.
"Ini yang perlu terus dipupuk sebagai bagian social capital yang sangat mahal dalam membentuk suatu karakter bangsa menjadi sebuah bangsa besar. Kepedulian sosial dibangun dari nilai gotong royong yang telah melekat dalam diri masyarakat nusantara semenjak lama," tandasnya.
Secara teologis, Muwafik menilai voluntarisme adalah suatu konsep kepedulian kepada sesama yang dibangun semenjak awal teologi profetik hadir. Secara konseptual, voluntarisme dibangun oleh dua konsep utama. Yaitu jiwa kepedulian sosial untuk membantu orang lain dan nilai keikhlasan amal perbuatan.
Menurut Muwafik, jiwa kepedulian dibangun bersamaan dengan semangat persaudaraan. Tercatat dalam sejarah bahwa pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah setelah membangun masjid selanjutnya mempersaudarakan sesama muslim. Prinsip persaudaraan yang dibangun, berada diatas nilai kasih sayang atas sesama sebagai wujud dan konsekwensi keimanan.
"Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau berkata, "Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya" (HR. Bukhari)," ungkap dosen sosiologi komunikasi ini.
Peneliti Komunikasi Sosial ini menilai kepedulian sosial dalam perspektif profetik (kenabian) ini bersifat universal. Tidak hanya berfokus pada satu golongan atau ras tertentu, namun berlaku pada siapa saja. Terlebih disaat menghadapi suatu bencana dengan maksud untuk memberikan kemudahan kepada siapa saja terlebih kepada sesama muslim.
"Bahkan nilai kepedulian ini secara implementatif dicontohkan melalui tindakan sepele keseharian. Seperti berbagi makanan sekalipun hanya berbagi kuah pada tetangga. Sekarang saat pandemi Corona, banyak lapak berbagi didirikan di beberapa wilayah," tuturnya.
Menurutnya, nilai-nilai spiritual ini terus menerus sebaiknya ditanamkan dalam jiwa seorang. Bahkan dikaitkan dengan persoalan keimanan, sehingga mendorong lahirnya jiwa kepedulian yang sangat kuat terinternalisasi dalam diri setiap warga.
Tonton juga video Cegah Korupsi, Jokowi Minta Penyaluran Bansos Libatkan KPK Hingga BPKP:
(fat/fat)