Jubir Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Blitar, Krisna Yekti menyatakan, PDP baru ini seorang pria berusia 56 tahun. Warga Kecamatan Garum ini mengalami gejala klinis mengarah Corona pada Minggu (3/5). Bidan yang memeriksanya, mengarahkan untuk ke rumah sakit rujukan, namun yang bersangkutan tidak bersedia.
"Baru sepekan kemudian, pada Minggu (10/5) pasien dibawa ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi karena mengeluhkan batuk, sesak dan muntah. Lalu Minggu siang dinyatakan sebagai PDP karena memiliki riwayat dari Jakarta," jelas Krisna dikonfirmasi detikcom, Rabu (14/5/2020).
Pasien, lanjut dia, sempat dirawat di rumah sakit rujukan selama dua hari. Namun kondisinya memburuk, hingga meninggal dunia pada Selasa (12/5) pagi. Jenazah pasien langsung dimakamkan menggunakan protap penanganan COVID-19.
Krisna memastikan, gugus tugas langsung melakukan tracing kontak erat dengan pasien meninggal dan akan dilakukan rapid test.
Sementara Dirut RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Endah Woro Utami mengatakan, kematian PDP karena ada komorbid atau penyakit penyerta. Namun pihaknya sudah mengambil tes swab sebelum pasien meninggal dunia.
"Kematiannya komorbid gagal ginjal. Tapi kita sudah ambil tes swabnya," jawab Woro melalui aplikasi percakapan dengan detikcom.
Kematian PDP sopir truk telur Blitar-Jakarta ini merupakan kematian ke 10 dalam status PDP. Data yang tercatat sampai 12 Mei, total jumlah PDP di Kabupaten Blitar menjadi 32 orang. Dengan rincian, sebanyak 17 sudah pulang dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh. Dan lima orang masih dirawat di rumah sakit. (fat/fat)