.webp)
Mantan sopir Didi Kempot, Nur Muhammad, bercerita soal kesuksesannya jadi Kades Majasem, Kecamatan Kendal, Ngawi. Menurutnya, Didi Kempot sangat dermawan.
"Benar, dulu sebelum jadi kades, sopirnya. Alhamdulillah berkat beliau (Didi Kempot) saya bisa mewujudkan memimpin Desa Majasem jadi Kades," ujar Nur saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (10/5/2020).
Ia hanya setahun menjadi sopir Didi Kempot. Namun gajinya terbilang lumayan dan ia gunakan untuk mencalonkan diri sebagai kades.
"Mungkin setahun. Lumayan gajinya bisa buat modal calon kades saat itu," imbuhnya.
Menurut Nur, almarhum begitu dermawan. Didi Kempot selalu memberikan bantuan saat desa sedang ada acara tahunan. Selain itu, almarhum juga berkontribusi dalam pembangunan mesjid.
"Jiwa sosialnya yang sangat tinggi tak terlupakan. Walau saya sudah jadi kades, tetap aja selalu dibantu. Baik kegiatan desa ataupun karang taruna. Bahkan di tiap acara bersih desa untuk hiburan di-handle langsung sama almarhum," lanjutnya.
"Padahal kalau diuangkan gak kurang dari Rp 50 juta tiap sekali acara dibantu Pak Didi Kempot. Belum lagi termasuk kaus karang taruna desa. Pokoknya kami merasa sangat kehilangan sekali," paparnya.
Nur menambahkan, Sabtu (2/5) menjadi pertemuan terakhirnya dengan legenda campursari. Menurutnya, almarhum berpesan untuk selalu jaga diri.
"Ketemu terakhir kalau gak salah Hari Sabtu, 3 hari sebelum beliau meninggal. Suruh jaga diri baik-baik dan selalu jaga kesehatan. Itu pesan terakhir beliau," lanjutnya.
Putri (44), istri pertama Didi Kempot membenarkan bahwa Nur pernah menjadi sopir suaminya. "Betul, Pak Kades itu dulu sopirnya Bapak (Didi Kempot). Kadang juga ngantar saya. Alhamdulillah Pak Kades ini ternyata juga hasil peninggalan bapak," ujar Putri.
Didi Kempot meninggal di RS Kasih Ibu, Solo pada Selasa (5/5). Di Ngawi, ia meninggalkan istri pertama dan anak perempuannya.
