Blitar -
PSBB di Jakarta dan Surabaya berimbas pada anjloknya harga telur. Sejak akhir pekan, harga telur hanya Rp 11.500/kg. Turun dari harga normal dari kandang di kisaran Rp 15.500/kg.
Anjloknya harga telur ini sangat dirasakan ruginya, terutama peternak dengan populasi ayam petelur kurang dari 10.000 ekor. Imbas anjloknya harga telur, membuat mereka hanya mampu membeli separuh konsumsi pakan.
"Dengan harga 11.500 dari kandang, kami hanya bisa beli pakan separuh. Separuh lagi terpaksa kami campur dengan pakan lokal yang tentu menurunkan kualitas dan kapasitas produksi," kata peternak Kecamatan Ponggok, Risa Medi kepada detikcom, Minggu (3/5/2020).
Menurut Risa, penurunan harga telur terjadi sejak Minggu pekan lalu. Jika normalnya harga telur dari kandang di kisaran Rp 17.000, Minggu (26/4) harga dari kandang turun menjadi Rp 15.000/kg. Kemudian turun lagi pada Kamis (30/4) di harga Rp 12.000/kg.
"Jumat (1/5) itu anjlok sampai Rp 10.600/kg. Tapi Sabtu mulai naik menjadi Rp 11.500/kg. Sampai hari ini belum berubah," bebernya.
Menurut Risa, anjloknya harga telur karena wilayah Jakarta disusul Surabaya memberlalukan PSBB. Padahal, peternak layer di Blitar mengirimkan pasokan dalam jumlah terbesar ke dua daerah itu.
"Dari Jakarta biasa kita kirim gak mau ambil mbak,gak belanja. Lockdown dan PSBB barang gak bisa masuk," ungkapnya.
Soal tidak bisa masuknya kiriman telur ke wilayah yang menerapkan PSBB juga diakui Yahya. Peternak layer Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro ini mengaku terpaksa menahan stok telurnya sampai mencapai harga Rp 16.000/kg pada pekan depan.
"Kami sepakat menahan stok dulu. Hari ini tadi ada yang sudah dapat harga Rp 14.000/kg dari bakul. Kalau target saya sih Senin pekan depan semoga bisa sampai Rp 16.000/kg," ujarnya.
Menurut Yahya, selain faktor PSBB di Jakarta dan Surabaya, ada faktor lain yang membuat harga telur anjlok. Yakni digelontornya telur infertil atau telur bakal bibit ke pasar basah.
"Kan sekarang gak ada peternak yang mampu beli DOC untuk ngisi kandang. Jadi informasi yang saya dapat, akhirnya telur bakal bibit ini dijual ke pasar. Walaupun itu tidak terjadi di Blitar, namun dampaknya sampai kesini. Karena Blitar kan produsen besar telur di Indonesia," imbuhnya.
Benarkah integrator menggelontor telur bakal bibit ke pasar basah ? Padahal dalam Permentan No 32/Permentan/PK.230/2017 diatur tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Dalam Bab III pasal 13 disebutkan, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini