Kondisi tersebut menciptakan peluang bisnis baru. Hal ini seperti dirintis Suhartati. Dia memproduksi bumbu dapur siap pakai khusus bagi yang ogah belanja ke pasar selama pandemi COVID-19.
"Kalau harus keluar rumah kan ngerasa kurang aman atau gimana. Makanya kita bikin (bumbu) yang tinggal pakai," ucapnya terkait alasannya membikin bumbu siap saji.
Bagi emak-emak, lanjut ibu dua anak tersebut, kebutuhan bahan pangan sangat terbantu oleh pedagang keliling. Hanya saja, khusus untuk bumbu tidak semua tersedia di gerobak asongan.
Dampaknya, mereka harus bekerja dua kali jika ingin memasak varian makanan tertentu. Untuk melengkapi bumbu yang kurang, mereka harus pergi ke toko atau ke pasar.
"Awalnya sih coba-coba aja. Ternyata banyak yang berminat," katanya ditemui detikcom di tempat tinggalnya, Desa Sunberharjo, Kecamatan Kota, Sabtu (2/5/2020).
Meskipun disebut instan namun bumbu bikinan Suhartati tak pakai pengawet. Bahannya murni dari sayuran dan rempah-rempah. Bahan yang sudah diracik lalu dikemas dalam botol kapasitas 150 gram. Tiap botol dibanderol Rp 15 ribu.
Bumbu untuk aneka resep pun tersedia. Mulai balado, cabe hijau, tumis pedas, hingga pesmol. Ada pula bumbu lodeh, rawon, gula, bacem, serta ayam bumbu lengkuas.
"Selama ini yang paling banyak peminatnya adalah balado, cabe ijo, tumis pedas, dan pesmol," tuturnya.
Meskipun tanpa pengawet namun Suhartati mengklaim produknya dapat bertahan hingga 10 hari pada suhu ruangan. Jika disimpan di kulkas umurnya bisa lebih lama lagi. Yaitu sekitar 1 bulan.
"Kalau nyimpennya di freezer bisa tahan sampai 3 bulan," katanya.
Diakuinya, dalam hal pemasaran dirinya lebih banyak mengandalkan media sosial. Tak perlu membuka lapak di rumah. Pembeli tinggal pesan via WhatsApp. Selanjutnya barang diantar ke alamat.
"Total layanan delivery," pungkasnya. (iwd/iwd)