Ibarat jatuh tertimpa tangga, itulah yang dialami petani Desa Gayuhan, Arjosari, Pacitan. Belum tuntas serangan wereng, tanaman padi mereka diterjang angin kencang.
Puluhan hektar padi siap panen pun porakporanda. "Pokoknya habis-habisan ini. Dipanen rugi, ndak dipanen ya tambah rugi," keluh Sukatno petani setempat kepada wartawan, Selasa (28/4/2020).
Menurut Sukatno, sesuai hitungan, masa panen seharusnya baru tiba setengah bulan lagi. Namun mendadak muncul hama wereng yang menyebabkan butiran padi puso.
Sejak saat itu, lanjut dia, para petani berjibaku membasmi penyakit yang menyebabkan daun dan batang padi mengering. Beruntung masih ada sisa butiran padi yang terselamatkan.
Hanya selang beberapa hari, kawasan tersebut dilanda angin kencang. Hamparan persawahan tak luput dari amukan pusaran angin. Padi yang mulai menguning pun ambruk ke tanah.
"Kalau ndak ada musibah begini hasil panen saya biasanya dapat 100 karung," tuturnya.
Kini Sukatno dan para petani lain terpaksa memanen lebih awal. Tak hanya hasil panen yang turun drastis, kualitas gabah yang dihasilkan pun kurang baik.
Sembari mengeringkan, petani juga harus memilah gabah yang bernas. Adapun gabah puso yang berwarna kecoklatan dibuang bersama daun yang kering sisa serangan wereng.