"Saya berharap umat Islam dalam mengawali Ramadhan tetap menunggu keputusan Pemerintah dalam sidang isbat yang didasarkan atas hasil Rukyatul Hilal dan hisab," kata Ketua PW LFNU Jatim Shofiyulloh atau Gus Shofi, Kamis (23/4/2020).
Gus Shofi menambahkan, NU Jatim sendiri akan menggelar pemantauan hilal di 17 titik yang telah ditentukan sore nanti. Namun berbeda dengan pemantauan pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini pihaknya menggunakan protokol Rukyatul Hilal di saat sedang mewabahnya COVID-19.
"NU Jatim akan melakukan pemantauan hilal di 17 titik di seluruh Jawa Timur tentunya dengan tetap memperhatikan protokol Rukyatul Hilal dalam rangka memastikan permulaan puasa Ramadan tahun ini," terangnya.
Menurut Gus Shofi, dalam melakukan pemantauan rukyatul hilal, pihaknya akan menerapkan protokol kesehatan ala NU Jatim. Protokol tersebut wajib dilaksanakan sebelum dan selama pelaksanaan di lokasi masing-masing daerah.
"Lokasi rukyatul hilal harus berada dalam lingkup kabupaten atau kota dimana Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama berada. Tidak dianjurkan menggelar rukyatul hilal yang bersifat lintas kabupaten atau kota," ujar Gus Shofi.
Selain itu, lanjut Gus Shofi, lokasi pemantauan harus disterilisasi dengan disinfektan. Petugas yang akan melakukan pemantauan juga harus mencuci tangan atau memakai hand sanitizer yang telah disediakan.
"Lokasi rukyatul hilal harus didesinfeksi terlebih dahulu dan dilengkapi titik-titik cuci tangan dilengkapi sabun dan atau hand sanitizer," tukasnya.
Sedangkan untuk menerapkan physical distancing di tengah masa pandemi COVID-19, petugas yang memantau juga dibatasi hanya 9 orang. Meski begitu, pihaknya terbuka jika di lokasi akan dipakai oleh pihak lain, namun sebelumnya harus disesuaikan tetap berjumlah 9 orang.
Dikatakan Gus Shofi, sebelum melaksanakan pemantauan juga, ia mengimbau untuk ketua tim mendata nama dan usia petugas. Sebab, pihaknya memprioritaskan petugas yang berusia di bawah 50 tahun.
"Petugas diprioritaskan berusia di bawah 50 tahun, dalam kondisi sehat, tidak menderita penyakit penyerta yang meliputi : diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan dan kanker," jelas Gus Shofi.
"Para petugas juga harus mulai mengukur suhu badannya masing-masing setiap hari dan dilaporkan kepada Ketua Tim dan atau Satgas NU Peduli COVID-19. Sebelum berangkat ke lokasi rukyat maka Ketua Tim dan atau Satgas NU Peduli COVID-19 harus melaksanakan pengecekan kesehatan sekali lagi.
"Seluruh petugas yang lolos pengecekan harus mengenakan masker sejak saat berangkat ke lokasi rukyat. Lokasi rukyat bersifat tertutup sehingga tidak diperkenankan ada undangan maupun non-undangan boleh masuk," tandasnya.
NU Bolehkan Jenazah Corona Pakai Peti Mati, Alasannya?:
(fat/fat)