Presiden Jokowi resmi melarang mudik mulai 24 April 2020. Meski begitu, Pemkab Pasuruan mengaktifkan skenario pencegahan penyebaran Corona dari warga yang melanggar larangan mudik.
"Pertama, posko di perbatasan dan semua pintu masuk kita optimalkan. Baik itu yang di pintu tol, gerbang masuk maupun stasiun dan terminal," kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Pasuruan, Anang Saiful Wijaya, Rabu (22/4/2020).
Menurut Anang, meski semua pintu masuk dijaga, pemudik bisa saja masuk ke wilayah kabupaten lewat pintu-pintu lain. Apalagi, kata dia, tidak mungkin mengembalikan pemudik ke kota asal. Selain pertimbangan kemanusiaan, juga akan menambah mobilitas warga yang pada akhirnya berpotensi memperbanyak kontak fisik.
"Maka dari itu, kami juga akan mengoptimalkan peran kecamatan, desa hingga RT/RW untuk ikut melakukan pemantauan pemudik," terangnya.
Anang menjelaskan, gugus tugas sejak awal sudah menyiapkan 24 tempat observasi di tingkat kecamatan dan 265 di desa/kelurahan. Pemudik yang datang akan didata dan diobservasi bidan-bidan desa atau Puskesmas dan diisolasi 14 hari di tempat observasi.
"Jika dicurigai ada gejala COVID-19, maka tim dari gugus tugas akan menjemput untuk penanganan," terang Anang.
Selain tempat observasi di desa dan kelurahan hingga kecamatan, pihaknya juga sudah menyiapkan tempat isolasi di gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Rejoso Untuk wilayah timur. Kemudian Gedung Badan Litbang dan Diklat di Pandaan untuk wilayah barat.
"BLK dan Gedung Diklat juga sudah kita siapkan jika sewaktu-waktu pemudik sangat banyak," tegas Anang.
Menurut Anang, semua petugas lapangan baik dari tenaga kesehatan, aparat desa hingga kecamatan sudah siap dengan skenario tersebut. Koordinasi dengan TNI-Polri juga sudah dilakukan.
"Pranata seperti ini sudah dilakukan di desa-desa sejak beberapa waktu lalu. Sudah banyak desa yang melakukan isolasi pemudik selama 14 hari dan koordinasi dengan kita," tambahnya.
Camat Gondangwetan, Rahmat Syarifuddin mengatakan, pihaknya sudah siap dengan skenario menghadapi kedatangan pemudik. Pihak kecamatan dan desa-desa sudah siap dengan tempat observasi.
"Kalau di kantor kecamatan kita siapkan tempat observasi di gedung belakang. Kalau di desa-desa, ada yang memakai bagaimana balai desa, ada yang pakai gedung sekolahan," pungkas Rahmat.