"Tingginya angka DBD juga perlu jadi perhatian, agar masyarakat tidak hanya fokus ke COVID-19. Sampai sekarang jumlah penderita DBD sudah 75 orang, dengan angka kematian 0," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, Abu Bakar Abdi kepada detikcom, Selasa (21/4/2020).
Berdasarkan grafis atau peta sebaran DBD di Situbondo, penderita penyakit DBD sejak Januari hingga 20 April ini cenderung hampir merata. Dari 20 Puskesmas yang tersebar di 17 Kecamatan di Situbondo, hanya 3 Puskesmas yang hingga kini terbilang zona hijau atau 'bersih' dari kasus DBD, yakni Puskesmas Kendit; Puskesmas Mangaran; dan Puskesmas Widoropayung.
Sementara 17 Puskesmas lainnya sudah menjadi zona kuning hingga zona merah DBD. Terbanyak, sebaran DBD terjadi di Puskesmas Asembagus dan Puskesmas Banyuputih dengan masing-masing 11 kasus. Berikutnya Puskesmas Besuki 8 kasus dan Puskesmas Sumbermalang 6 kasus. Disusul Puskesmas Suboh, Panarukan, dan Puskemas Panji dengan masing-masing 5 kasus.
Sementara untuk Puskesmas Arjasa, Kapongan, Klampokan, Bungatan, Mlandingan, Banyuglugur, dan Puskesmas Wonorejo masing-masing 3 kasus DBD. Sedangkan Puskesmas Jangkar, Puskesmas Situbondo dan Puskesmas Jatibanteng dengan masing-masing 1 kasus.
"Harus segera dilakukan langkah-langkah pencegahan agar angka DBD ini tidak terus meningkat. Faktor utamanya, karena curah hujan di Situbondo tidak sama dengan daerah lain. Di sini setelah hujan sehari, lalu panas beberapa hari. Ini bisa memicu jentik cepat berkembang," papar Abu Bakar Abdi.
Karena itu, menurut Abu Bakar, pihaknya melalui seluruh Puskesmas di Situbondo kini terus menggelorakan Gerakan Situbondo Bebas Jentik (Gesit Batik). Di antaranya dengan mensosialisasikan kembali penerapan 3 M Plus, yakni Menutup, Menguras, dan Mengubur tempat-tempat yang berpotensi menjadi genangan air.
"Plusnya itu menggunakan lotion anti nyamuk, terutama pagi hari hingga menjelang siang. Termasuk anak-anak yang sekarang belajar di rumah, agar bisa terhindar dari penyakit DBD ini," pungkas Abu Bakar Abdi. (fat/fat)