RSUD Ploso, Jombang meminta 17 pegawainya mengisolasi diri di rumah masing-masing. Pasalnya, mereka sempat merawat seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona yang hasil rapid test-nya positif.
Direktur RSUD Ploso, Achmad Iskandar mengatakan, awalnya pasien datang ke IGD dengan keluhan penyakit dalam pada Rabu (15/4) malam. Dokter IGD lantas mewawancara pasien serta melakukan pemeriksaan medis, seperti foto rontgen dan laboratorium.
"Saat itu dokter tidak menemukan tanda-tanda COVID-19. Sehingga dirawat sebagai pasien rawat inap penyakit dalam. Diberi masker juga," kata Iskandar kepada wartawan di RSUD Ploso, Senin (20/4/2020).
Dua hari kemudian, Jumat (17/4), lanjut Iskandar, pasien menderita gangguan pernapasan. Pria 60 tahun asal Kecamatan Ploso, Jombang itu lantas menjalani rapid test.
"Ketika dokter melakukan pemeriksaan rutin menemukan kecurigaan di pernapasan pasien. Kemudian kami lakukan rapid test, ternyata hasilnya positif," terangnya.
Pada hari yang sama, kata Iskandar, pasien dirujuk ke RSUD Jombang sebagai rumah sakit rujukan pasien Corona. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu, sampai saat ini diisolasi di rumah sakit pelat merah tersebut sebagai PDP COVID-19.
"Pasien ini petani lugu, sehari-hari kegiatannya dari rumah ke sawah. Tidak punya riwayat bepergian ke mana-mana. Namun yang belum terlacak dia bertemu dengan siapa saja. Setelah ditetapkan sebagai PDP, tracing domainnya Dinas Kesehatan," ujarnya.
Iskandar mengaku telah merumahkan sementara 17 pegawai RSUD Ploso yang sempat kontak dengan pasien selama dua hari. Terdiri dari 13 perawat, 2 tenaga administrasi, 1 ahli gizi, serta 1 cleaning service.
"Saat ini mereka isolasi di rumah masing-masing. Kami pantau via telepon dan WA. Kalau hasil swab (PDP) negatif, mereka kami minta kerja kembali. Ini bentuk kehati-hatian kami juga menjaga keamanan dan kenyamanan teman-teman yang bertugas," tegasnya.
Adanya belasan pegawai yang melakukan isolasi mandiri, diakui Iskandar mengganggu pelayanan di RSUD Ploso. Pihaknya terpaksa mengurangi kapasitas pasien di bagian penyakit dalam karena terbatasnya jumlah pegawai.
"Kalau dibilang terganggu ya terganggu ya. Tapi sejak Jumat sore itu kami lakukan langkah-langkah tertentu agar pelayanan tetap maksimal. Biasanya di bagian tersebut kami bisa melayani 22 pasien, maka kami putuskan kapasitas ruangan hanya untuk 15 pasien," tandasnya.