Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo diperkirakan meliputi area seluas 16 hektare. Saat ini, area situs masih digunakan masyarakat untuk membuat bata merah, perkebunan tebu, galian tanah uruk, serta kandang ayam.
Salah satu bangunan yang ditemukan di situs Kumitir berupa talud atau tembok penguat tanah. Tembok kuno yang telah digali sepanjang 100 meter. Ketebalannya mencapai 140 cm. Sementara tingginya lebih dari 120 cm.
Menurut Wicaksono, talud kuno itu diyakini mengelilingi kompleks bangunan suci. Salah satunya berupa candi yang diperkirakan masih terpendam di lahan yang kini menjadi tempat pemakaman Dusun Bendo.
"Hipotesa kami talud mengelilingi candi tempat pendarmaan Raja Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana. Lokasi candi kami perkirakan di area makam umum Dusun Bendo," kata Wicaksono saat meninjau temuan batu pipi tangga candi di lahan galian tanah uruk Dusun Bendo, Desa Kumitir, Rabu (15/4/2020).
Hipotesis tersebut, lanjut Wicaksono, merujuk pada dua naskah kuno. Yakni Negarakertagama dan Pararaton. Kedua naskah kuno itu menyebutkan Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1268 masehi didarmakan di Kumeper bersama Wisnu Wardhana. Nama Kumeper kini menjadi Desa Kumitir.
Menurut dia, candi tersebut dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singosari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja. Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa raja ketiga Majapahit Hayam Wuruk.
"Candi tersebut dibangun pada masa Singosari. Masih digunakan dan mungkin diperbaiki pada masa Majapahit. Karena Singosari dengan Majapahit masih satu garis keturunan," terangnya.
Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Semasa hidupnya, Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana menjadi Raja Singosari secara bersama-sama. Kedua raja ini menjadi ahli waris karena sama-sama menjadi keturunan Ken Dedes dari ayah yang berbeda.
Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan dua raja Singosari, kata Wicaksono, diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di makam umum Dusun Bendo. Yakni berupa batu pipi tangga candi dengan dimensi 130x100x100 cm, batu antefiks sebagai ujung atas candi, serta balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.
Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, Wicaksono memperkirakan candi di situs Kumitir ini mengadap ke barat. Menurut dia, candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.
"Temuan ini menguatkan adanya candi di area makam Dusun Bendo. Kemungkinan masih tersisa bagian pondasi candi di area makam ini," ungkapnya.
Candi suci tersebut, menurut Wicaksono, dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit.
"Bebatuan komponen candi kami temukan tercecer di area makam. Kemungkinan candi runtuh akibat gempa bumi," jelasnya.
Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud kuno dan di sekitar makam Dusun Bendo juga memberi petunjuk berdirinya bangunan suci di situs Kumitir. Menurut Wicaksono, pecahan keramik yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi.
"Karena candi ini menjadi bagian kota raja Majapahit, ada bangunan pendukung lain, ada permukiman tak jauh dari candi yang dihuni semacam pemuka agama yang merawat candi. Karena bukan main-main, candi ini tempat pendarmaan raja," cetusnya.
Sayangnya, ekskavasi terhadap situs Kumitir yang diagendakan April tahun ini terhambat wabah virus Corona. Penggalian arkeologis skala besar melibatkan para akademisi bakal digelar Juni nanti.
"Untuk pengamanan situs ini kami berkolaborasi dengan Koramil, Camat Polsek Jatirejo dan Kades Kumitir. Mereka sudah memberikan pengamanan sementara," tandasnya. (fat/fat)