"Anjuran saya selaku Ketua Umum MUI Jombang hendaknya umat ini ketika mau mudik berfikir jauh dan patuh terhadap peraturan pemerintah yang mengimbau tidak mudik itu adalah tindakan yang paling tepat. Sebab apa? Tingkat mudaratnya (kerugiannya) lebih besar daripada manfaatnya karena sedang ada wabah corona," kata Kiai Cholil kepada wartawan di kantor Ponpes Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Jombang, Minggu (5/4/2020).
Kiai Cholil menjelaskan mematuhi imbauan pemerintah tidak mudik di tengah wabah COVID-19 menjadi bagian dari menjalankan hukum hubungan sesama manusia. Menurut Kiai Cholil, hukum tersebut sudah diatur di dalam kitab suci umat Islam Alquran.
"Kita sebagai bangsa mengikuti aturan yang sudah dibuat pemerintah dan wakil-wakil kita di DPR itu. Karena itu bagian dari hukum hubungan sesama manusia. Apalagi di dalam Alquran disebutkan patuh kepada ulil amri (pemimpin) itu bagian dari patuh kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW selagi aturannya itu tidak bertentangan dengan Alquran dan hadist," terang Kiai Cholil.
Karena mudik di tengah wabah corona lebih besar mudaratnya, Kiai Cholil menyarankan masyarakat menggunakan teknologi informasi untuk bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman. Salah satunya menggunakan aplikasi panggilan video yang kini banyak dijumpai di ponsel pintar.
Menurut Kiai Cholil, komunikasi dengan keluarga di kampung halaman menggunakan teknologi informasi tidak akan mengurangi nilai silaturrahmi yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Yaitu saling mendoakan dengan mengucapkan salam, saling mengingatkan tentang kebenaran dan bersabar dalam menghadapi segala cobaan, serta saling tolong-menolong.
"Wabah corona itu menurut teori dunia kesehatan baru bisa terselesaikan kalau kita tidak ada kontak satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, masyarakat bisa kontak lewat WA, hape, bahkan sekarang ada teleconference sudah bisa. Tidak mengurangi nilai silaturrahmi," tandasnya. (iwd/iwd)