"Jadi satu kalau desinfektan yang digunakan seperti yang digunakan di ITS, bilik Pemkot Surabaya itu senyawa surfaktan yang aman untuk tubuh. Karena sudah tertulis jelas bahannya terbuat dari apa. Kalau modifikasi bahaya bisa iritasi," kata Ketua IDI Jatim Sutrisno di Surabaya, Rabu (1/4/2020).
Sutrisno menjelaskan disinfektan yang sesuai standar yakni terbuat dari surfaktan. Surfaktan sendiri kandungannya sama seperti sabun/detergen yang digunakan masyarakat sehari-hari.
Dirinya mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dengan kandungan disinfektan yang ada beredar saat ini. Apalagi, saat ini marak ditemukan bilik-bilik di tempat umum yang mewajibkan seseorang disemprot disinfektan terlebih dahulu.
"Sekarang kan jalan raya disemprot, tidak masalah kalau tidak kena orang. Kalau bilik yang menyemprot disinfektan ke seseorang, terus ojek-ojek di jalanan disemprot, itu harus tahu apa kandungan disinfektannya," terangnya.
"Karena disinfektan bisa berbahaya kalau sudah dimodifikasi dengan wipol dengan bayclin, terus insektisida-lah. Itu justru akan menjadi sumber iritasi," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Sutrisno, bahaya disinfektan yang dimodifikasi bahan-bahan tersebut bisa menjadi sumber zat karsinogenik. Zat tersebut bisa menyebabkan kanker.
"Dan tidak baik apalagi kena lapisan dalam atau mukosa dari mata, lalu hidung, juga ke mulut ya. Bagian itu kan lapisan yang tidak boleh terkena insektisida," tandasnya.
"Jadi memang kalau ada yang bilik disinfektan itu tolong betul dicek disinfektannya apa yang digunakan. Jangan sampai menggunakan insektisida dengan mencampur wipol, bayclin yang justru malah menjadi iritasi. Contoh yang digunakan ITS dan Surabaya itu sudah ada bahan deskripsinya konsentratnya bagaimana dan normal untuk manusia," lanjutnya.
(fat/fat)