Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak menyampaikan perayaan Nyepi selama ini selalu diadakan ritual yang mengundang massa. Ia ingin untuk tahun ini massa dibatasi.
"Untuk tahun ini ritual tersebut tetap dilaksanakan, namun cukup dihadiri 25 orang sebagai perwakilan di tiap pura," kata Wagub Emil didampingi Karo Kessos Jawa Timur, Hudiyono di Gedung Negara Grahadi, Sabtu (21/3/2020).
Emil membeberkan bahwa imbauan tersebut merupakan hasil rapat antara pemuka agama Hindu, tetap merayakan Nyepi dengan ketentuan untuk menekan penyebaran corona.
"Ada satu upacara namanya Melasti, tapi di Provinsi Bali yang tentunya lebih banyak melaksanakan dan punya rujukan upacara yang biasanya puluhan hingga ribuan orang. Sekarang ditekan betul didesantrilisasi tiap pura, dengan maksimum untuk pura yang besar dan 10 untuk pura yang kecil," terangnya.
Emil menyampaikan jika jumlah orang yang mengikuti ritual sebelum Nyepi sedikit, maka pemerintah dan instansi terkait bisa mudah memitigasi penyebaran corona.
"Ini menjadi sebuah pertimbangan yang sangat serius dari pemuka agama Hindu, mereka akan menyesuaikan, merujuk melihat di Bali tapi menyesuaikan kondisi di sini, artinya telah ada langkah-langkah untuk meminalisir," jelas Emil.
Sementara Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jatim, Nyoman Anom akan mematuhi imbauan pemerintah Jawa Timur terkait perayaan Nyepi agar tidak mengundang kerumunan massa. Anom memastikan pihaknya ikut mendukung untuk menanggulangi Covid-19.
"Kami sangat setuju, perkembangan dari kondisi saat ini memang makin parah masalah Covid-19. Kami umat Hindu selalu patuh dengan arahan dan imbauan dari pemerintah, kami istilahnya Hindu itu Guru Wisesa," kata Anom.
Jika tahun sebelumnya ritual Melasti di Pantai Arafuru diikuti ribuan umat Hindu Jawa Timur, maka dalam upaya mencegah penyebaran corona, ritual dalam rangka menyambut Nyepi dialihkan ke pura di tiap daerah.
"Yang sebelumnya Melasti dilaksanakan di Arafuru, kami tarik ke pura masing-masing," jelas Anom. (fat/fat)