Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan dan menjaga penurunan angka pasien DBD mulai tahun lalu hingga sekarang. Menurutnya, di bulan Januari sampai Maret biasanya yang tertinggi angka DBD.
"Alhamdulillah akhirnya DBD turun, Januari dua tahun 2019 Januari 33, Februari tujuh, tahun lalu 63. Maret belum ada sampai saat ini mudah-udahan lebih rendah lagi," jelas Fenny sapaan akrabnya di Humas Pemkot Surabaya, Jumat (13//2020).
Fenny mengatakan, tahun lalu pasien DBD ada satu orang meninggal dengan jumlah 270 pasien.
Hasil dari evaluasi Dinkes Surabaya, penurunan angka pasien DBD ini karena kesadaran masyarakat. Sebab telah menjaga kebersihan lingkungan sudah tinggi.
Selain itu, untuk mengatasi nyamuk aedes aegypti dinkes tidak menggunakan fogging. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentiknya dari pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Padahal jentiknya lebih banyak, yang penting PSN, jangan ada air bersih yang lama lebih dari dua hari masih ada, kolam harus ada ikannya," jelasnya.
Bahkan sudah sejak lama Surabaya tidak memakai fogging, pun berlaku untuk pihak swasta. Sebab, peraturan dari Kementerian semua fogging harus melalui ke dinkes.
"Kalau fogging tanpa izin itu sebetulnya sudah bisa diberikam sanksi. Karena fogging itu lah akhirnya nanti kasus DBD malah tinggi," pungkasnya.
Tonton juga Menkes Pastikan Kasus DBD di Sikka NTT Sudah Menurun :
(fat/fat)