Yakni jamu kunyit asam dan temulawak. Dua jamu yang dibagikan kepada mahasiswa ini memiliki kandungan kurkumin dan anti oksidan.
Menurut Guru Besar Unair Fakultas Farmasi Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Prof Dr Mangestuti Agil, momen ini sangat tidak terduga. Karena wabah virus corona, masyarakat dibuat tertarik pada minuman herbal.
"Kesempatan tadi kami ingin mengajak mahasiswa farmasi bersama-sama mensosialisasikan ramuan tradisional Indonesia. Mereka bisa membantu publik untuk jangan keliru, bahwa jamu menyembuhkan corona itu harus diluruskan. Itu nggak bener," jelas Prof Mangestuti kepada detikcom di Gedung Farmasi, Senin (9/3/2020).
Tak hanya merubah mainset masyarakat, juga pada profesi kesehatan. Jika jamu itu hanya untuk mencegah bukan mengobati.
"Memang tidak untuk mengobati, jamu untuk mencegah yang dikonsumsi secara teratur. Seperti memakam bumbu empon-empon. Itu tidak untuk obat," katanya.
Memulai dengan empon-empon, menurutnya kini tengah tren di masyarakat. Tapi jika untuk kesehatan tanaman herbal ini juga memiliki banyak manfaat.
"Ini adalah moment yg sangat tepat untuk mengenalkan. Ramuan kita banyak sekali dan manjur," ujar dia.
Prof Mangestuti menjelaskan, moment membagikan jamu tradisional ini sekaligus membentuk kelompok pecinta jamu di kalangan mahasiswa. Sekaligus membuat pusat informasi obat tradisional.
"Kami sedang menyiapkan aplikasi konsultasi online. Kami harapkan jika bisa diselenggarakan online hoaks tidak ada," pungkasnya.
Simak Video "RSPI: Kondisi 4 Pasien Positif Corona Membaik dan Stabil"
(fat/fat)