9 Ruko di Jalan Sultan Agung, Jember, ambruk akibat amblasnya tepi jalan yang ada di depan ruko. Seorang warga mengaku mendengar suara retakan trotoar sebelum jalan ambles yang diikuti ruko ambruk.
Ambruknya ruko di jalur nasional Banyuwangi-Jember sekitar pukul 04.14 WIB, sudah diprediksi banyak pihak. Apalagi ruko yang dibangun sejak 1970-an tersebut aset Pemkab Jember. Selain itu, Februari 2019 lalu terdapat retakan di sekitar tepi Sungai Jompo. Dan Maret 2019, ruko tersebut dikosongkan.
"Saat itu sekitar pukul 3 pagi, terdengar bunyi retakan dari keramik trotoar jalan depan ruko. Keras bunyinya. Terus kabel listrik PLN depan ruko menegang. Padahal biasanya renggang gitu mas," kata Sekuriti Toko Rien Collection Dedi Budi Setiawan saat dikonfirmasi wartawan.
Toko Rien Collection sendiri lokasinya berada di seberang jalan ruko ambruk. Dedi yang saat kejadian bertugas menjaga toko sejak pukul 12 malam bersama dengan rekannya Yasin, sudah merasakan akan terjadi ambruknya ruko yang ada di seberang jalan tempat kerjanya itu.
Setelah terdengar bunyi retakan yang cukup lama tersebut, sekitar pukul 04.14 WIB atau sejam kemudian ruko ambruk.
Akibat ambruknya ruko tersebut, sekitar 3 ribu pelanggan PDAM di Jember tidak mendapat pasokan air bersih. Selain itu warga juga terdampak pemadaman listrik.
Atas peristiwa ini Bupati Jember Faida menetapkan status kebencanaan atas amblasnya jalan yang mengambrukkan 9 ruko di Jalan Sultan Agung. Keputusan ini diambil setelah bupati melakukan rapat dengan Forpimda Jember.
"Dengan status kebencanaan, maka tidak perlu dipersoalkan ini masuk kewenangan mana. Sebab memang bangunan rukonya kewenangan pemkab. Sedangkan jalannya milik nasional dan sungainya kewenangan provinsi," kata Faida usai meninjau lokasi jalan amblas.
Sementara Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyebut pihaknya telah membahas titik bangunan ruko ambruk di Jember sejak beberapa waktu lalu. Titik tersebut memang dalam keadaan kritis. Terlebih, beberapa waktu lalu telah terjadi banjir bandang di wilayah Jember.
"Jadi Jember itu persis tanggal 1 Februari yang lalu kan terjadi banjir bandang, kita sudah rapat antara lain dengan Balai Besar Jalan Nasional (BBJN) waktu itu ada juga bupati ada dandim dan ada kapolres lengkap," kata Khofifah.
Khofifah juga menyebut lokasi ruko ambruk tersebut juga terlihat ngerong atau tergerus dan harus diratakan.
"Jadi memang itu harus diratakan, hari ini kemudian ada intensitas hujan yang tinggi. Yang (ruko) 9 di bawahnya itu sudah ngerong, sudah terkonfirmasi ini seharusnya ujung ke ujung sudah harus diratakan karena memang kondisi lahannya sudah makin tergerus," lanjutnya.