Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim meyakini petirtaan suci peninggalan Majapahit di Jombang berupa sebuah kompleks dengan sejumlah bangunan pendukungnya. Namun, kajian untuk mengungkap hipotesis tersebut saat ini terganggu pembangunan kolam pemancingan ikan milik pengusaha lokal.
Situs petirtaan suci Majapahit itu ditemukan di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang. Situs ini berupa kolam yang dilengkapi dengan pancuran air (Jaladwara) berbagai bentuk.
"Kami meyakini situs Sumberbeji ini ada situs pendukungnya. Misalnya pagar luar petirtaan. Cuma memang proses kajiannya panjang," kata Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho kepada detikcom, Senin (2/3/2020).
Struktur yang sejauh ini berhasil digali, lanjut Wicaksono, hanya bagian utama dari kompleks petirtaan suci Majapahit. Dia meyakini situs ini cukup luas berupa sebuah kompleks bangunan yang membentuk taman sari.
"Kebanyakan kajian terhadap situs petirtaan berhenti di bagian utamanya saja, seperti Candi Tikus di Trowulan, Mojokerto. Tidak dikaji sebagai sebuah kompleks atau taman sari. Maka kami upayakan situs Sumberbeji sebagai perwakilan petirtaan yang mempresentasikan petirtaan yang utuh," terangnya.
Wicaksono menjelaskan, tahun ini ekskavasi situs Sumberbeji akan dilanjutkan. Penggalian arkeologis akan difokuskan pada bagian tengah petirtaan untuk menampakkan semua lantainya.
Agar bisa menggali lantai petirtaan, pihaknya harus lebih dulu menormalisasi saluran buang petirtaan. Saluran tersebut ditemukan di sebelah timur yang mengarah ke kolam pancing milik Desie Retnowardhani, warga Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Jombang.
Kolam pancing itu hanya sekitar 6 meter dari situs. Menurut Wicaksono, pembangunan kolam pancing tersebut mengganggu kajian situs petirtaan suci Majapahit.
"Aktivitas berat di sekitarnya, seperti pembuatan kolam pancing terindikasi berdampak terhadap keberadaan cagar budaya di Sumberbeji," tegasnya.
Terlebih lagi dalam proses penggalian kolam pancing ditemukan 3 bongkahan struktur dari bata merah kuno. Oleh sebab itu, Wicakno berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang serta Pemerintah Desa Kesamben menghentikan pembangunan kolam pancing tersebut.
"Maka sangat penting untuk menjaga keaslian lahan di sekitarnya. Tapi sekali lagi terserah Pemkab. Kalau itu dipahami (petirtaan Sumberbeji berupa kompleks taman sari), maka aktivitas di samping situs berpotensi berada di dalam kompleks petirtaan secara lebih besar," tandasnya.
Pembangunan kolam pancing di atas lahan pertanian milik Desie dengan luas sekitar 1.400 meter persegi di Dusun Sumberbeji. Penggaliannya menggunakan ekskavator atau alat berat sejak sekitar 3 pekan lalu. Sawah yang digali untuk kolam pancing sekitar 20 x 30 meter persegi. Kolam pancing dibuat dengan kedalaman sekitar 1 meter. Jarak kolam ini hanya sekitar 6 meter di sebelah timur situs petirtaan suci Majapahit.
Dua tahap ekskavasi sebelumnya berhasil mengungkap bangunan petirtaan suci Majapahit seluas 20 x 17 meter persegi. Rata-rata ketebalan dinding kolam purba ini mencapai 80 cm. Kedalaman kolam mencapai 2 meter dengan lantai berupa tatanan bata merah kuno.
Petirtaan ini dibangun dan digunakan oleh keluarga raja untuk menyucikan diri. Hanya saja tahun pembangunannya sampai saat ini belum bisa dipastikan. Para arkeolog baru mendapatkan petunjuk berupa temuan pecahan keramik dari Dinasti Yuan dan Song di Tiongkok sekitar abad 10-12 masehi. Kolam kuno ini diprediksi dibangun sejak Kerajaan Kediri dan digunakan sampai masa Majapahit.
Petirtaan Sumberbeji diyakini menjadi bagian dari kota raja. Karena terdapat temuan struktur purbakala di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro dan di Dusun Kedaton, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek. Situs Sugihwaras berupa struktur dari bata merah yang memanjang.
Situs di Dusun Kedaton juga berupa struktur dari susunan bata merah. Bagian yang sudah nampak sepanjang 11 meter. Bangunan ini membentang dari selatan ke utara. Tingginya 1,3 meter atau terdiri dari 25 lapis bata merah. Setiap bata penyusunnya mempunyai dimensi 32 x 18 x 5 cm.
Situs ini berjarak sekitar 100 meter dari situs Sugihwaras. Baik situs Kedaton maupun Sugihwaras diduga sisa-sisa keraton Majapahit dari abad 14 masehi. Kedua bangunan kuno ini berada sekitar 3,8 Km di sebelah utara petirtaan suci Majapahit di Sumberbeji.