Keberadaan kunang-kunang di hutan mangrove Surabaya dinilai sebagai sesuatu yang langka. Terutama bagi warga jepang yang melakukan penelitian.
Biotek Network Laboratory Kitakyuhu Jepang malakukan penelitian di Mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar. Kegiatan itu termasuk dalam kerja sama Sister City dengan Pemkot Surabaya.
Saat melakukan penelitian, mereka menemukan kunang-kunang. Padahal, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya saja tidak tahu kalau ada kunang-kunang yang hidup di hutan mangrove.
"Tapi mereka sudah melakukan penelitian beberapa kali (akhir bulan Januari). Bahwa mereka sudah meng-capture (lewat camera trap) dan melihat langsung kunang-kunang di Wonorejo. Kunang-kunang salah satu indikator," jelas Kabid Pertanian DKPP, Rahmad Kodariawan di Mangrove Wonorejo, Kamis (27/2/2020).
Rahmad menyampaikan, peneliti dari Kitakyuhu menganggap keberadaan kunang-kunang itu sebagai sesuatu yang tak biasa. Pasalnya, di Jepang jarang sekali ditemukan kunang-kunang.
"Mereka beranggapan kunang-kunang sangat indah. Di Jepang hanya setahun sekali. Harapannya di Surabaya banyak ditemukan di banyak spot atau titik," imbuhnya.
Sejak Januari lalu, di Mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar diberlakukan larangan membawa plastik. Pengelola telah menyiapkan screening dan petugas untuk memeriksa pengunjung.
Simak Juga Video "Cegah Kerusakan Pantai, 15 Ribu Mangrove Ditanam di Teluk Kendari"
"Ketika mereka membawa botol plastik gak boleh masuk. Kalau bawa tumbler boleh. Atau pun makanan yang dibungkus plastik semua di screening petugas. Setiap minggu bisa sampai dua sampai tiga tong dikumpulkan," kata PLT Dinas Pertanian Surabaya, Irvan Widyanto di Mangrove Wonorejo.
Larangan itu bertujuan untuk menjaga mangrove mulai dari sekarang. "Mangrove ini harus diselamatkan dari sampah plastik. Karena ini mengganggu kelangsungan mangrove yang ada di Surabaya," imbuhnya.
Irvan menjelaskan, pihaknya ingin menumbuhkan kepedulian dan kebiasaan masyarakat pada lingkungan. Terutama di kawasan mangrove yang banyak dikunjungi wisatawan.
"Mudah-mudahan perilaku warga dapat meminimalisir penggunaan plastik," lanjutnya.
Untuk sentra kuliner juga diimbau meminimalisir penggunaan plastik. Artinya, pengunjung harus menghabiskan makanan atau minuman di sentra kuliner. Tidak boleh membawanya masuk ke mangrove.
"Penanaman pohon diganti dengan ijuk, yang dulunya pakai tali rafia," pungkasnya.