Mahasiswi Fashion Design Bussines Universitas Ciputra (UC) Surabaya, Ajeng Nurillah Wibowo menciptakan kacamata dengan bahan tutup botol plastik. Karya dari Ajeng mengantarkan dirinya ke New York Fashion Week 2020 pada 14 Februari lalu.
Mengambil tema Sustainable Fashion and Local Cultural Riches, Ajeng bersama enam mahasiswa UC lainnya memamerkan karya mereka yang ramah lingkungan di New York.
"Fashion week di KJRI New York tanggal 12 Februari, kemudian di Couture New York fashion week-nya itu tanggal 14 Februari. Ini peragaan busana dengan bahan yang ramah lingkungan, aku sendiri membuat kacamata," kata Ajeng di Surabaya, Kamis (28/2/2020).
Bukan tanpa alasan, Ajeng memilih tutup botol sebagai bahan utama dalam membuat karyanya. Dengan tagline 'eyewear for every human problem', Ajeng ingin memberi pesan bahwa tutup botol yang biasa digunakan manusia ternyata baru bisa terurai selama 500 tahun.
"Untuk karya aku sendiri karena belum ada yang membuat desain kacamata selama aku kuliah di UC. Saya memilih pakai tutup botol, karena itu sepele di masyarakat tapi begitu lama mengurai sampahnya," ujarnya.
"Jadi saya mengangkatnya sebagai sebuah karya yang di mana orang lain melihat permasalahan yang terjadi di lingkup mereka sendiri. Dengan menggunakan kacamata ini, mereka sadar ternyata tutup botol plastik yang selama ini dikonsumsi ternyata bisa berguna," lanjutnya.
Simak Video "Modal Nekat! Cerita Guru yang Viral Tangkap Ular Piton"
Mahasiswi berusia 21 tahun tersebut menceritakan bahwa bukan perkara gampang bisa ikut New York Fashion Week. Apalagi ia mengaku salah jurusan karena sering minder melihat karya temannya yang luar biasa.
"Awalnya gak bisa buat pola sama sekali, sampai akhirnya masuk semester 4 ada mata kuliah aksesoris. Gak nyangka kepilih untuk ikut ke sana," terangnya.
Meski karyanya belum sempurna, Ajeng berharap kacamata yang akan ia kembangkan lagi bisa digunakan untuk semua orang. "Ya bisa membantu mereka yang tidak mampu beli kacamata baca, minus, dan juga fashion," jelasnya.
Tak lupa ia berpesan kepada para milenial, bahwa menjadi influencer tidak selamanya dengan gaya, travelling atau shopping. Tetapi juga peduli akan masalah kecil yang ada di sekitar lingkungan.
"So jadi para anak milenial ayo dong jadi influencer yang bukan hanya bisa bergaya tapi bisa berkarya. Dari hal sepele kita bisa ubah dunia, go green dan save earth!" pungkasnya.