Kasus pembunuhan Ardio Wilian Oktaviano alias Dio (13), warga Desa Ketemasdungus, Kecamatan Puri, Mojokerto, akhirnya terungkap. Polisi memastikan bocah kelas IV SD itu tidak menjadi korban penculikan.
Kapolres Mojokerto Kota AKBP Bogiek Sugiyarto mengatakan pihaknya telah menetapkan dua tersangka pembunuhan Dio. Pelaku adalah kakak-adik yang tinggal di Dusun Sangkan, Desa Ketemasdungus, Kecamatan Puri, yaitu Trisno Sutejo (19) dan IS (17).
Menurut Bogiek, Trisno dan IS merupakan kakak kandung SS, teman satu sekolah korban di SDN Ketemasdungus. Karena itu, korban dengan kedua tersangka sudah saling mengenal.
"Korban kami pastikan bukan diculik karena sudah kenal dengan tersangka, satu kampung," kata Bogiek saat jumpa pers di Mapolres Mojokerto Kota, Jalan Bhayangkara, Rabu (26/2/2020).
Bogiek menjelaskan Dio dijemput tersangka IS, yang mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter, pada Rabu (29/1) sekitar pukul 19.30 WIB. Saat itu korban sedang bermain gasing bersama sejumlah temannya di halaman rumah tetangganya.
IS membujuk korban akan mengajaknya jalan-jalan. Menurut Bogiek, Dio memang suka diajak jalan-jalan.
"Korban suka jalan-jalan. Karena sudah kenal, korban tidak menyangka akan dianiaya," terangnya.
Setelah bersama Dio, IS lantas menjemput kakak kandungnya, Trisno. Dua bersaudara ini membawa korban ke Jembatan Gumul, Petak 31 hutan Desa/Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, yang berjarak sekitar 30 km dari Desa Ketemasdungus.
Sampai di lokasi sekitar pukul 23.10 WIB, Trisno dan IS menganiaya Dio hingga tewas. Mereka lantas membuang mayat korban ke sungai tepat di bawah jembatan.
"Lokasi itu dipilih karena IS sering ke situ. Dia sudah paham. Bahkan pemilik warung di situ juga kenal IS. Beberapa hari sebelumnya IS sempat pinjam helm ke pemilik warung," tandasnya.
Dio ditemukan tewas oleh pengguna jalan pada Kamis (30/1) sekitar pukul 06.00 WIB. Korban tengkurap di dasar sungai yang sedang dangkal. Separuh kepala siswa kelas IV SDN Ketemasdungus ini tertancap di lumpur.
Tubuh bocah yang usianya belum genap 13 tahun itu ditemukan sekitar 5 meter di bawah jembatan Desa/Kecamatan Kemlagi. Jembatan ini berada di jalan tengah hutan yang menghubungkan Mojokerto dengan Lamongan. Saat ditemukan, jasad Dio sudah kaku. Korban masih memakai baju koko warna gelap dan celana pendek motif polkadot warna abu-abu gelap.