Ini Pantangan Mistis Saat Berkunjung ke Candi Gedog Blitar

Ini Pantangan Mistis Saat Berkunjung ke Candi Gedog Blitar

Erliana Riady - detikNews
Rabu, 26 Feb 2020 11:40 WIB
Ekskavasi Candi Gedog Blitar
Situs Joko Pangon di sisi pohon beringin (Foto: Erliana Riady/detikcom)
Blitar -

Lokasi jasad ditemukannya Joko Pangon kini berubah menjadi situs. Sebuah yoni berdiri tegak di sisi selatan pohon beringin yang menjulang tinggi. Menurut Karyati, yoni itulah sebenarnya nisan makam Joko Pangon Candi Gedog.

"Mbah Joko Pangon itu leluhur, makamnya jadi pepunden warga sini. Banyak yang datang nyadran dengan segala hajatnya. Mbah juga kami yakini mengayomi warga. Makanya daerah sini bebas dari lahar Gunung Kelud," kata Karyati (90) kepada detikcom saat ditemui di rumahnya, Rabu (26/2/2020).

Selain mengayomi, Sukirman melalui wisik menyampaikan kepada Karyati dan warga Gedog berbagai larangan agar warga tetap aman dan damai. Di antara larangan itu, semua wanita tidak boleh mengurai rambutnya jika habis keramas. Selain itu, warga Gedog juga dilarang memakai sarung bermotif kotak-kotak hitam putih seperti yang umum dipakai orang Bali.

"Ada yang tidak percaya tetap dipakai. Katanya oleh-oleh dari saudaranya. Pak RT sebelah itu dulu. Melanggar larangan Mbah Pangon ya jadi hilang sak wong-wonge (Sarung sama orangnya hilang)," tutur Karyati sambil tertawa.

Karyati juga bilang, Mbah Joko Pangon senang segala sesuatu itu bersih dan berhati-hati menjaga makamnya. Pernah suatu ketika, Sukiman mengajak tetangganya membersihkan rumput sekitar yoni. Tanpa sengaja, dia memukulkan ujung sabit agar bisa lebih kuat menancap sampai berbunyi dor. Pukulan ini menyebabkan, ujung yoni cuwil.

"Malamnya kakung dibilangi, wong kui suk matine yo muni dor (Orang itu besok matinya juga berbunyi dor). Dan benar saja, hanya tiga hari setelah kejadian, orang itu meninggal di tengah jalan tertembak pasukan Jepang," tuturnya.

Soal kebersihan, Karyati tetap menjaga dan menyampaikan ke anak cucunya. Tak hanya kebersihan situs, namun juga kebersihan memasak untuk selamatan di situs Joko Pangon.

"Kabeh kudu sarwo resik. Sing masak adus kramas lan ora oleh masalan ditiliki (Semua harus bersih. Dan yang masak harus mandi keramas dulu. Masakan juga tidak boleh diincipi). Nanti kalau sudah disiapkan di nampan, baru bisa ngincip yang tersisa di wadah tempatnya masak," jelasnya.

"Pernah ada kejadian, yang masak bukan saya. Pas mau dibagi tiba-tiba entong buat nyendok nasi pecah berantakan. Itu mungkin tidak bersih cara masaknya. Mungkin juga tidak bersih dapat uang buat selamatan," tandasnya.

Seiring berjalannya zaman, semua pantangan itu lalu dilupakan. Istilah yang dipakai Karyati jadi tambar. Karyati sendiri sangat bangga, anak cucunya mau meneruskan merawat dan membersihkan situs Joko Pangon itu.

"Mugo-mugo ndang iso dibukak candine. Iso rame uwonge nambah makmur rakyat e. Semoga segera dibuka candinya. Semakin ramai orang datang, menambah makmur rakyat sekitarnya," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.