Hasilnya, tim PVMBG merekomendasi ada jalur air yang dialirkan di sisi sepanjang jalan. Sebab, jika air masuk ke badan jalan bisa menyebabkan jalan ambles.
"Karena di bawah jalan itu ada batuan asli yang banyak retakan. Kalau kena air bisa lepas," tutur Kabid Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Kementerian ESDM Agus Budianto kepada detikcom, Minggu (23/2/2020).
Agus menambahkan selain itu, tebing yang berada di KM 226 harus diperkuat. Jalur air tidak diarahkan ke jurang melainkan di sisi jalan yang berada tepat dibawah tebing.
"Jangan sampai air masuk ke dalam rekahan jalan, ditambah di sini kan jalur utama penghubung Ponorogo-Pacitan. Banyak kendaraan besar lalu lalang, ini bisa menyebabkan tanah amblas," imbuh Agus.
Sementara, Kepala UPT Pembangunan Jalan dan Jembatan (PJJ) Dinas PU dan Bina Marga Pemprov Jatim Wilayah Madiun, Marijatoel Kittijah mengatakan pihaknya melakukan perbaikan sementara.
"Kami potong tembok penahan jalan agar bisa geser sedikit," ujar Marijatoel.
Menurutnya, penggeseran jalan ini untuk penanganan darurat hingga normalisasi permukaan jalan terlaksana. Selain mengeruk tebing, pihaknya juga memasang bronjong agar tidak terjadi longsor susulan.
"Kami juga akan menguruk lagi untuk normalisir badan," tandas Marijatoel.
Marijatoel menambahkan sejak tahun 2019 lalu pihaknya juga telah melakukan penyelidikan geolistik bersama dengan UGM. Hasilnya, tanah khas Slahung didominasi oleh tanah lempung dan berpasir. Akinatnya jika ada aliran air dipastikan tanahnya akan longsor.
"Sampai kedalaman 30 meter, tidak ada tanah keras. Adanya cuma tanah lempung dan pasir, kena air tidak ada penahannya jadi longsor," pungkas Marijatoel.
Simak Video "15 Ha Tanah Ambles di Batang, Jalanan Retak"
(iwd/iwd)