Hasil Survei Alvara, Muhdlor Tempati Posisi Atas di Pilkada Sidoarjo

Hasil Survei Alvara, Muhdlor Tempati Posisi Atas di Pilkada Sidoarjo

Amir Baihaqi - detikNews
Jumat, 21 Feb 2020 15:53 WIB
Muhdlor Tempati Posisi Atas di Pilkada Sidoarjo
Founder dan CEO Alvara Research Center (Foto: Amir Baihaqi/detikcom)
Surabaya - Lembaga survei Alvara Research Center merilis hasil popularitas dan elektabilitas sejumlah tokoh potensial di Pilkada Sidoarjo. Hasilnya dari segi popularitas dan elektabilitas, Ahmad Muhdlor Ali muncul menempati posisi teratas.

Survei dilakukan pada 25 Januari-7 Februari 2020 dengan 1.005 responden yang diambil melalui metode multistage random sampling. Survei ini memiliki margin of error 3,16 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dari aspek popularitas Ahmad Muhdlor Ali menempati posisi pertama dengan tingkat pengenalan publik sebanyak 69,1 persen. Kemudian disusul Kelana Aprilianto dengan pengenalan 49,9 persen, Bambang Haryo 29 persen dan Nur Ahmad Syaifuddin 20 persen.

Sedangkan Hidar Assegaf sebesar 14,3 persen, Ahmad Amir Aslichin 10,9 persen dan Bahrul Amig 10,5 persen. Adapun popularitas tokoh-tokoh lainnya di bawah 10 persen.

Pada aspek elektabilitas (keterpilihan), lagi-lagi Muhdlor masih yang tertinggi dengan 38,7 persen. Selisih elektabilitas Muhdlor dengan pesaing terdekatnya cukup jauh, yaitu Kelana 10,5 persen.

Dalam survei itu diketahui juga elektabilitas kandidat lainnya belum ada yang melampaui 10 persen, seperti Nur 6,4 persen, Bambang 4,4 persen, dan Achmad Amir Aslichin 1,9 persen. Nama-nama lain masih di bawah itu dan yang belum memutuskan 26,0 persen.

Founder dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan Muhdlor yang unggul dalam dua aspek disebabkan karena kerja masif yang dilakukannya di tingkat akar rumput. Hal itu lah yang belum dilakukan oleh tokoh atau calon lain menjelang Pilkada yang akan digelar pada September 2020 mendatang.

"Hasil survei ini menunjukkan efektivitas kerja masing-masing kandidat. Muhdlor unggul karena kerja masif di akar rumput dan ketepatan isu yang diusung. Dari hasil wawancara ke responden, belum ada gerak lapangan yang semasif Muhdlor. Kandidat lain lebih bersifat sporadis dan hanya mengandalkan baliho," beber Hasanuddin, Jumat (21/2/2020).

Menurut Hasanuddin, jika nama-nama kandidat di atas dikerucutkan menjadi empat nama, diperoleh elektabilitas tertinggi, yaitu Muhdlor 39,7 persen, Kelana 11,5 persen; Nur 7,1 persen dan Bambang 4,7 persen. Keunggulan Muhdlor itu disebabkan aspek popularitas yang tinggi yang kemudian otomatis diikuti dengan aspek eletabilitasnya.

"Muhdlor cukup mendominasi pada semua aspek perilaku pemilih. Keunggulannya tersebar merata di semua daerah pemilihan. Rentang popularitas dan elektabilitas Muhdlor juga relatif lebih bagus dibanding kandidat lainnya. Artinya, jika popularitas Muhdlor naik, maka elektabilitasnya juga semakin tinggi," terang Hasanuddin.

Hasanuddin menjelaskan, selain Muhdlor, tingkat popularitas dan elektabilitas para kandidat lainnya relatif berbanding lurus, kecuali pada Nur dan Bambang Haryo. Meski popularitas Bambang lebih tinggi dibanding Nur, elektabilitas Nur ternyata mengungguli Bambang.

Dia memberikan catatan bahwa semua kandidat masih memiliki ruang dan waktu untuk meningkatkan popularitas-elektabilitasnya. Sebab saat ini masih ada waktu sekitar 7 bulan hingga Pilkada. Untuk itu, jika ingin mengejar Muhdlor, kandidat lain harus semakin intens turun ke lapangan.

"Semua kemungkinan masih terbuka, bergantung pada kecermatan komunikasi publik, kekuatan jaringan, dan seberapa intens menggarap akar rumput," ucao Hasanuddin.

Dikatakan Hasanuddin, tingginya popularitas dan elektabilitas Muhdlor juga dinilai karena faktor tokoh yang masih muda dan berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU). Dalam tingkat akar rumput juga, Muhdlor dinilai sebagai tokoh muda yang visioner yang diharapkan mampu membawa perubahan.

Sedangkan Kelana, lanjut Hasanuddin, unggul karena di mata pemilih karena dinilai sebagai pengusaha, sehingga ada harapan bisa memajukan ekonomi Sidoarjo. Sedangkan Nur dipilih karena dinilai berpengalaman di birokrasi atau pemerintahan yang juga sebagai petahana.

Sementara peneliti senior Alvara Harry Nugroho menjelaskan dalam survei ini, pihaknya juga mengukur tingkat kepuasan publik. Hasilnya, kepuasan publik Sidoarjo sebesar 55,4 persen. Ketidakpuasan warga diketahui terhadap program pemberantasan korupsi, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, dan infrastruktur jalan.

"Kepuasan publik yang relatif tak tinggi, yaitu hanya 55,4 persen, menjadi ruang bagi kandidat untuk mengasosiasikan diri bukan bagian dari kepemimpinan sebelumnya. Isu itu pula yang diambil seluruh kandidat dengan mengusung perubahan Sidoarjo," ungkap Harry.

"Sejauh mana bisa meyakinkan publik, itu akan ditentukan oleh efektivitas komunikasi kandidat untuk mencitrakan dirinya bahwa mereka akan menerapkan inovasi kepemimpinan yang berbeda dibanding era sebelumnya," imbuhnya.

Temuan survei, terang Harry, juga menyebutkan, 91,90 persen responden dekat atau berafiliasi dengan NU. Sedangkan sebanyak 7,74 persen ke Muhammadiyah dan ormas-ormas agama lainnya.

"Secara sosiologis, kandidat yang mampu mengasosiasikan diri kepada ormas NU relatif lebih bisa diterima masyarakat Sidoarjo," tandas Harry.

Simak Juga Video "Cerita Mega: Hampir Berkata Kotor Karena 'Anaknya' Diciduk KPK Jelang Pilkada"

[Gambas:Video 20detik]



(fat/fat)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.