Sistem estimasi usia otomatis ini dipresentasikan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor di Departemen Teknik Informatika ITS. Arna memulai pemaparannya dengan menjelaskan perangkat lunak yang mampu mendeteksi estimasi usia secara otomatis.
Hal ini dibahas tuntas Arna dalam disertasinya yang berjudul Sistem Estimasi Usia Otomatis Berdasarkan Radiografi Panoramik pada Odontologi Forensik mengembangkan metode untuk mengenali usia seseorang lewat citra atau gambar dari gigi manusia.
Perempuan kelahiran Gresik ini memaparkan, gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang paling populer di dunia odontologi forensik dalam urusan mengenali individu. Arna mendeskripsikan gigi memiliki sifat yang sulit rusak dan tahan terhadap cuaca, kontaminasi bahan-bahan kimia serta trauma.
"Sehingga seringkali digunakan tenaga medis sebagai media untuk mengidentifikasi seseorang," terang Arna.
Dalam orasi ilmiahnya, lulusan S2 Teknik Informatika ITS ini menguraikan bagaimana hasil penelitiannya bekerja. Riset Arna mengembangkan sebuah sistem estimasi usia secara otomatis berdasarkan citra radiografi panoramik bagi individu dewasa dengan rentang usia 16-70 tahun.
Panoramik sendiri merupakan salah satu foto Rontgen yang digunakan dalam ilmu kedokteran gigi untuk memperoleh gambaran gigi dan jaringan lunak di sekitarnya.
Selain itu, Arna menggunakan metode pengaplikasian sistem yang terbagi dalam tiga tahapan. Metode pertama yaitu dengan mendapatkan citra (X-Ray) gigi dan background. Citra harus mampu menangkap dan mengenali bagian-bagian dari gigi.
"Dalam metode pertama ini, struktur-struktur ataupun artefak gigi mesti dihilangkan," paparnya.
Sedangkan metode kedua dengan melakukan segmentasi pada citra tersebut. Salah satunya dengan mengenali dan mendapatkan area-area gigi seperti email (lapisan terluar gigi), pulpa (struktur terdalam gigi), dan dentin (zat antara email dan pulpa).
"Terakhir, sistem akan melakukan klasifikasi terhadap citra yang nantinya akan muncul estimasi usia dari individu pemilik gigi tersebut," urai dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) tersebut.
Tak hanya itu, estimasi usia secara otomatis merupakan pendekatan baru bagi pemeriksaan radiografi dalam ilmu odontologi forensik. Sistem ini mampu memudahkan proses dan mengurangi kesalahan dalam mengidentifikasi individu apabila dibandingkan dengan pengamatan secara manual atau menggunakan mata telanjang.
Lewat data hasil presentasi, perempuan berusia 47 tahun itu menyebut perangkat lunak yang dikembangkannya memiliki akurasi mencapai 60,93 persen dengan tingkat kesalahan yang hanya sebesar 4,30 persen.
Arna mengaku mendapatkan ide untuk mengembangkan sistem otomatis itu karena terpicu adanya urgensi untuk mengenali individu, seiring dengan meningkatnya jumlah kecelakaan yang melibatkan banyak korban maupun musibah seperti bencana alam.
"Identifikasi ini tidak hanya untuk individu yang sudah meninggal, tetapi yang masih hidup juga bisa untuk menghindari kejahatan seperti pemalsuan dokumen," jelas Arna.
Dosen yang juga menjabat sebagai Lektor Kepala Teknik Informatika PENS itu berharap hasil penelitian dan hasil disertasinya ini kelak akan berguna, bukan hanya bagi dunia odontologi forensik tapi untuk seluruh masyarakat.
"Mudah-mudahan perangkat lunak ini bisa disosialisasikan ke ahli forensik dan tidak hanya itu, bisa juga untuk Tim Search and Rescue (SAR)," pungkas Arna. (hil/fat)