Mitos Larangan Nikah Warga Lamongan dengan Kediri Tinggal Gentong dan Tikar

Round-up

Mitos Larangan Nikah Warga Lamongan dengan Kediri Tinggal Gentong dan Tikar

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 19 Feb 2020 09:31 WIB
Dalam beberapa hari terakhir, mitos Kediri wingit atau angker bagi presiden ramai diperbincangkan. Ternyata, Kediri juga dianggap angker bagi warga Lamongan yang mempercayainya.
Gentong air dan alas tikar yang terbuat dari batu/Foto file: Eko Sudjarwo
Surabaya -

Warga Lamongan dilarang menikah dengan warga Kediri. Mitos itu berkembang dari kisah Panji Laras dan Panji Liris di Lamongan.

Salah seorang pemerhati sejarah Lamongan M Navis menuturkan, dulu Adipati Kediri mempunyai dua putri kembar, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Sang Adipati menerima kabar kalau Adipati Lamongan saat itu Raden Panji Puspokusumo, yang keturunan Raja Majapahit ke-14 Hayam Wuruk, juga memiliki 2 orang putra kembar. Yakni Panji Laras dan Panji Liris.

Adipati Kediri kemudian ingin menjadi besan Adipati Lamongan. Merasa bingung dengan lamaran Adipati Kediri, Adipati Lamongan mengajukan beberapa syarat


"Yaitu Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus mau memeluk Islam. Mempelai perempuan harus yang melamar pihak pria dan mempelai perempuan harus datang ke Lamongan membawa hadiah berupa gentong air dan alas tikar yang terbuat dari batu," tutur Navis,

Menurut Navis, dari cerita ini juga mitos tentang tradisi perempuan melamar laki-laki muncul di Lamongan. Adipati Kediri, lanjut Navis, bersedia memenuhi semua persyaratan yang diajukan

Andansari-Andanwangi berangkat ke Lamongan diiringi rombongan besar. Panji Laras dan Panji Liris diminta Raden Panji Puspokusumo menjemput iring-iringan tersebut di tapal batas Lamongan dengan ditemani Patih Lamongan, Ki Patih Mbah Sabilan.


"Saat itu Lamongan sedang mengalami Banjir akibat meluapnya Kali Lamong. Sehingga Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi terpaksa mengangkat kainnya sampai paha agar kainnya tidak basah," paparnya.

"Akibatnya Panji Laras dan Panji Liris bisa melihat kaki Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi ternyata berbulu lebat. Sehingga Panji Laras dan Panji Liris menolak menikahi mereka serta meminta rencana pernikahannya dibatalkan," imbuhnya.

Mendengar lamaran dibatalkan, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi merasa terhina dan malu. Mereka bunuh diri di hadapan Panji Laras dan Panji Liris.


Melihat junjungan mereka dihina dan dipermalukan hingga bunuh diri, orang-orang Kediri menjadi marah dan ingin membunuh Panji Laras dan Panji Liris. Perang di antara kedua pihak tak dapat dihindari. Hingga berujung terbunuhnya Panji Laras, Panji Liris dan Ki Patih Mbah Sabilan serta Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo.

"Sebelum gugur, Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo berpasan agar anak cucunya tidak ada yang menikah dengan orang Kediri dan itulah yang melatari mitos larangan orang Lamongan menikah dengan orang Kediri," pungkas Navis.

Kabid Kebudayaan Disbudpar Lamongan Mifta Alamuddin mengakui adanya mitos tersebut. Namun menurutnya, mitos ini berhenti menjadi cerita tutur di masyarakat dan sudah banyak yang tak mempercayainya.


Udin menyebut, banyak teman-temannya yang kini beristri atau bersuamikan orang Kediri dan tidak terjadi apa-apa. Menurutnya, mitos atau larangan menikah antara orang Lamongan dengan Kediri sudah luntur.

"Kini sudah banyak orang Lamongan dan orang Kediri yang menikah. Hal yang sama juga terjadi pada mitos perempuan melamar laki-laki yang juga sudah mulai luntur," tutur Udin.

Pendapat yang sama disampaikan warga Kecamatan Sukodadi, Zulkifli. Menurutnya banyak yang tidak percaya mitos itu dan kini memiliki istri atau suami warga Kediri.


Zulkifli menuturkan, salah seorang tetangganya juga ada yang beristrikan orang Kediri dan masih bersama hingga kini. "Banyak yang menganggap mitos. Buktinya tetangga saya hingga kini sudah lebih 10 tahun berumah tangga ya tetap langgeng karena mungkin sudah jodohnya Mas," ujar Kifli.

Gentong air dan alas tikar itu masih tersimpan di Masjid Agung Lamongan. Sementara beberapa nama tokoh di cerita ini juga diabadikan menjadi nama-nama jalan di Lamongan. Yaitu Jalan Laras Liris, Jalan Andansari, Jalan Andanwangi dan Jalan Kinameng.

"Tiap tahun situs peninggalan tersebut menjadi jujugan agenda utama ziarah dalam rangkaian Hari Jadi Lamongan. Karenanya pemerintah juga tiap tahun menganggarkan secara rutin pemeliharaan situs tersebut," pungkas Udin.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.