Hal itu berdasarkan hasil observasi dan penelitian dilakukan para mahasiswa pencinta alam selama beberapa hari, setelah kejadian. Dari penelitian itu terungkap, muasal banjir bandang bandang memang berasal dari Ggunung Suket.
"Kami bersama tim sudah turun langsung ke gunung suket untuk observasi dan meneliti, pascakejadian," ungkap koordinator SAR OPA Jember, Fathurrahman Hidayat, saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (4/2/2020).
SAR OPA merupakan organisasi yang anggotanya berisi gabungan organisasi mahasiswa pencinta alam dari berbagai perguruan tinggi di Jember. Selain bergerak di bidang SAR, organisasi ini juga bergerak dalam hal mitigasi bencana.
"Kami meyakini, alih manfaat hutan menjadi penyebab utama erosi yang berakibat banjir bandang. Sebab, di sekitar curah atau lembah kebanyakan sudah beralih manfaat jadi lahan pertanian," jelas mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember ini.
Apalagi, jelas dia, di kawasan milik Perhutani tersebut sudah tidak ada lagi tegakan pohon, yang semestinya berfungsi menahan laju air ketika intensitas hujan tinggi. Belum lagi, di kawasan itu sudah gundul dan beralih manfaat jadi lahan pertanian sayur-mayur.
"Sehingga, begitu hujan dengan intensitas tinggi, terjadi erosi. Aliran erosi itu lantas berkumpul di curah itu. Apalagi, lembah aliran juga jadi titik temu sekitar 8-9 anak sungai," cetusnya.
Dia menambahkan dari hasil pengamatan timnya, banjir bandang akibat kebakaran hutan memang ada. Tapi prosentasenya kecil sekali. Selebihnya, karena hutannya sudah gundul disebabkan alih manfaat hutan menjadi lahan pertanian.
Sebelumnya banjir bandang menerjang kawasan Ijen, Rabu (29/1/2020). Dua desa di Kecamatan Ijen turut terdampak, yakni Desa Sempol dan Kalisat. Selain ratusan rumah, sejumlah fasilitas umum rusak diterjang banjir.
Sementara Perhutani KPH Bondowoso mengaku akan segera melakukan pendataan ulang di kawasan gunung Suket tersebut. Jika memang benar lahan tersebut menjadi penyebab banjir, maka akan segera dilakukan peninjauan ulang.
"Kami akan segera melakukan peninjauan dan pendataan ulang. Jika temuan itu benar, bukan tidak mungkin lahan-lahan itu akan ditutup dan dihutankan kembali," kata Humas Perhutani KPH Bondowoso, Abdul Gani, saat dikonfirmasi terpisah. (fat/fat)